Pada Hari Rabu, 31 Januari 2024, Jaringan GUSDURIAN bersama dengan Para Frater Skolastikat SSCC Griya Tyas Dalem Yogyakarta mengadakan kegiatan lintas iman, dalam bentuk Kelas Pemikiran Gus Dur. Pada dasarnya, Kelas Pemikiran Gus Dur (KPG) merupakan salah satu agenda dari Jaringan GUSDURIAN  dalam rangka membagikan buah-buah pemikiran dari Gus Dur bagi banyak orang.

Kegiatan ini dilaksanakan pada pukul 08.00 – 14.00 WIB dengan peserta sejumlah 40 orang, yang terdiri dari 18 Frater dan 17 Peserta di luar Skolastikat SSCC dan 5 Fasilitator dari Jaringan GUSDURIAN. Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Rm. Mathias Meru Ujan, SSCC (Hans) sebagai perwakilan Komunitas Skolastikat SSCC yang secara umum menyampaikan bahwa kegiatan ini (KPG) merupakan salah satu bentuk dialog agar para Frater (khususnya) mampu bersikap inklusif terhadap mereka yang berbeda keyakinan serta menjadi tempat silahturahmi antar umat beragama.

Dalam kegiatan ini, seluruh peserta mendalami bersama Biografi Gus Dur, 9 nilai Utama Gus Dur, pemikiran Gus Dur tentang Demokrasi, Agama dan Budaya serta integrasi pribadi atas nilai-nilai Gus Dur. Seluruh rangkaian kegiatan pada umumnya dikemas dalam bentuk diskusi interaktif antar peserta serta pembagian kelompok guna membantu peserta untuk saling mengenal antara satu dengan yang lain

Gus Dur pernah mengatakan: “Semakin tinggi ilmu seseorang, semakin tinggi nilai Toleransinya” Kegiatan ini berusaha menyatakan bahwa semakin tinggi ilmu seseorang yang ia dapatkan dalam hidupnya, seseorang tersebut juga mampu mengintegrasikan nilai-nilai toleransi atas ilmu yang telah ia peroleh.

Dalam tulisan yang lain, Rm. Mangunwijaya juga pernah menyatakan: “Yang terpenting dari hidup seseorang bukanlah tingginya Nilai religiusitas seseorang,  tetapi bagaimana orang tersebut melaksanakan nilai-nilai religiusitas yang ia miliki”. Semoga dengan kegiatan ini, kami pun dapat semakin menghayati nilai-nilai religius yang kami miliki sebagai bekal untuk dapat terjun ke dalam Medan Pastoral sehingga dapat berinteraksi secara inklusif dalam lingkungan yang plural bukan hanya berfokus pada pengendapan nilai-nilai religius tetapi juga mengaktualisasikannya.

Salam Toleransi

Frater Christian Fritz Wibisono SSCC