Hari Jumat, 26 April 2025, saya dan beberapa seminaris memanen sayur kangkung di ladang Seminari Menengah Christus Sacerdos Pematangsiantar, yang berukuran kurang lebih 40 x 25 m². Dalam pekerjaannya, terdapat 7 seminaris yang bekerja bersama-sama dengan saya dan semuanya adalah Siswa Kelas X. Siswa yang ikut bekerja di ladang berasal dari Kabanjahe, Parsoburan Tarutung dan Saribudolok, di mana aktivitas sehari-hari masyarakat dalam konteks wilayah tersebut bekerja sebagai petani. Itulah sebabnya, mereka tidak kesulitan untuk memanfaatkan media tanam dan ikut serta bekerja di ladang.

Namun, kendala yang terjadi adalah perbedaan kesuburan tanah yang terdapat di kampung dan yang ada di seminari. Tanah di kampung sangat subur dan tidak perlu diberikan pupuk terlebih dahulu, sedangkan di seminari pemberian pupuk harus diberikan demi menjaga kesuburan tanah. Hal ini menyebabkan adanya perbedaan pandangan pola bekerja yang telah tertanam sejak mereka berada di rumah dan pola bekerja yang terdapat di seminari. Syukur kepada Allah, tidak ada hama yang mengganggu proses pertumbuhan tanaman sehingga kami tidak memerlukan pupuk tambahan ataupun pestisida untuk menjaga sayuran.

Proses penanaman hingga memasuki masa panen tentu dilaksanakan dengan beberapa proses terlebih dahulu, seperti: membongkar tanah dan memasukan kompos kotoran B2 yang sudah diolah bersama dengan sampah-sampah rumput, penyiraman pupuk organik cair (POC) di setiap tanah, pemberian pupuk kompos dari tanah tempat pembakaran sampah dan pengendapan tanah selama 1 Minggu. Apabila semua sudah terlaksana, tanaman siap untuk ditanam setelah melewati masa penyemaian bibit terlebih dahulu.

Jika dilihat dalam data faktual, lahan yang tersedia sebenarnya sangat kecil dan belum cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhan seminari. Tetapi, hasil ladang sangat membantu pemasukan seminari untuk biaya setiap sekali belanja. Hal ini dikarenakan setiap sekali panen, hasil sayuran bisa dikonsumsi untuk 3 kali makan siswa. Mengikuti jumlah panenan selama saya berada di tempat ini, kami telah memanen sebanyak 5 kali, di antaranya: sayur pakcoy (akhir September), sayur kangkung (awal November), sayur pakcoy (akhir Desember), sayur sawi (awal Februari), Kangkung (akhir April). Hasil panenan berkisar antara 68 kg – 81 kg, bergantung dari jenis sayur yang ditanam. Apabila sayur yang ditanam adalah sawi, hasil panenan berkisar antara 75 – 81 kg, sedangkan sayur pakcoy dan kangkung hanya berkisar antara 55 – 68 kg.

Pekerjaan di ladang juga menjadi sarana pembentukan seminaris dan sarana untuk semakin dekat bersama dengan mereka selama proses pembinaan. Ketika bekerja, kami saling berbagi cerita tentang latar belakang keluarga, latar belakang pendidikan, kebiasaan di rumah, yang mana hal-hal tersebut sangat membantu proses pembinaan para seminaris. Bagi saya secara pribadi, bekerja bersama dengan seminaris menambah pengetahuan saya tentang pengolaan suatu lahan sebagai media tanam karena saya secara pribadi juga tidak terbiasa dan tidak mengetahui cara pengolahan lahan sebagai media tanam. Saat ini, akan dipersiapkan media baru untuk kemudian ditanami sayur sawi putih yang harus disemai terlebih dahulu.

Demikian kisah memanen bersama seminaris Seminari Menengah Christus Sacerdos Pematangsiantar

 

Frater Christian Fritz Wibisono, SSCC

Frater TOP-er Seminari Menengah Christus Sacerdos Pematangsiantar