Tahbisan imamat Rm Felix Kapitan Goran yang dipimpin oleh Uskup Agung Medan, Mgr Kornelius Sipayung OFM Cap, didampingi oleh P Adminstrator Keuskupan Padang, PD Alex Suwandi, Propinsial SSCC Indonesia-Singapore, P Bonifasius Payong SSCC, Propinsial SX P Suhud SX, dan Pastor Paroki Katedral PD Matheus Tateb. Imam yang turut hadir adalah 22 imam, sedang awam yang hadir diwakili oleh koor, anggota DPP Katedral, Panitia dan beberapa umat dengan total kehadiran sekitar 50-an awam.

Upacara liturgi Ekaristi yang begitu sederhana ditengah situasi PPKM  yang sangat ketat dari pusat, membuat upacara liturgi pentahbisan yang disiarkan live streaming ini, tetap berusaha agar selain tidak melibatkan banyak umat juga mempersingkatnya dengan pemotongan atau peniadaan beberapa bagian dari tahbisan yang umumnya diadakan. Seperti; lagu2 ordinarium, penumpangan tangan oleh semua imam yang hadir, ucapan selamat oleh para imam sebagai simbol sambutan kolegialitas, dll. Setelah Upacara Tahbisan, kegiatan bersamapun ditiadakan. Namun, itu semua tidak mengurangi makna dan kesakralan upacara tahbisan tersebut. Justru kesederhaan itu sangat cocok dengan  kesederhanaan Pastor Felix Kapitan Goran yang tampak juga dari jubah dan kasula yang dikenakannya. Bila pada umumnya imam baru sibuk dengan jubah dan kasula baru nan indah, P Felix K sebelum tahbisan masih sibuk dengan mengisi pembekalan Misdinar dan OMK yang diadakan beberapa hari sebelum retreat persiapan tahbisannya. Semoga P Felix K semakin tumbuh dalam kesederhaan dan kebahagiaan serta setia dalam panggilan.

Mgr Kornelius, sangat menekankan ketaatan pada Uskup, pimpanan, dan sesama imam. Ketaatan dalam saling melengkapi dan mendukung bukan saling melihat kekurangan dan menjegal. Dalam bahasa yang sering P Bonie (Propinsial kita) sampaikan adalah _taking care each other as brothers_

Kagum, syukur dan terimakasih karena walaupun ditengah pandemi, dan baru ditinggal sang mama tercinta, beliau tetap hadir dan bukan hanya menemani kami terutama P Felix, melainkan juga menemani keluarga P Felix yang jauh2 datang diwakili oleh Om dan anaknya, serta oleh kakak kandung P Felix K (mewakili kedua orang tua P Felix yang telah tiada). Sehingga kami yang sebelum tahbisan disibukan dengan pertemuan para imam lewat zoom dan persiapan tahbisan, kami bisa tetap fokus dengan semua kegiatan yang ada, sedang beliau dengan penuh pengertian, kerendahatian dan tulus, menemani dan membuat keluarga P Felix K tidak menjadi bosan dan bingung selama menunggu upacara tahbisan. Keluarga pun bisa memahami situasi kami dan tetap bahagia walaupun kami tidak bisa menemani sepenuhnya.

Sedih, selain karena begitu sederhana, tidak banyak imam dan saudara (SSCC & keluarga) yang turut hadir, padahal saat Diakonat lebih banyak imam yg hadir dan lebih banyak yang merencanakan untuk hadir dalam tahbisan imamat. Namun PPKM memutuskan lain, sehingga bahkan setelah upacara tahbisanpun tidak punya banyak waktu untuk bersama pimpinan dan keluarga. Bahkan banyak yang harus kami lakukan dengan tergesa-gesa karena kami harus segera kembali ke Mentawai karena Mentawai Fast tidak jalan dan terpaksa pakai kapal besar yang lambat dan gelombang cukup menggoyang. Selain itu,  PPKM juga membuat rencana P Bonie dan keluarga untuk menghadiri misa perdana di Paroki St Damian – Saibi pun, batal.

Semua demi kemulian Tuhan. Tahbisan bukanlah titik, melainkan sebuah koma. Apapun situasi atau jabatan dalam panggilan kita, adalah sebuah proses pembentukan diri kita dimasa depan. Garis akhirnya adalah kita denganNya. Bukan prestasi namun hati. 🙏

Tuhan memberkati 🙏🙏

NN