“Butuh Kisah Baru; Kisah Ketiga”
Kristalisasi Pengalaman Assembly Dan Satu Abad “Keluarga SSCC Indonesia”.
“Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus” (Filipi 1:6).
Perjalanan bahtera Keluarga yang bernama “SSCC Provinsi Indonesia” itu kini telah menapaki satu abad peziarahannya di bumi pertiwi ini. 100 tahun yang silam sejak kedatangannya yang pertama kali, para misionaris memang meyakini bahwa “pekerjaan baik” ini adalah karya Roh Kudus. Akan tetapi, berpikir tentang keberlanjutan hingga satu abad dari “pekerjaan baik” di bumi pertiwi ini mungkin menjadi opsi fokus yang tanpaknya masih samar-samar. Terlepas dari segala kisah dan narasi-narasi perjalanan serta perjuangan para misionaris awal dalam menancapkan tiang-tiang bangunan Keluarga SSCC Indonesia ini, saya meyakini bahwa “Ia yang telah memulai pekerjaan baik dalam diri para pendiri kongregasi kita, akan menyempurnakannya pada saatnya nanti”. Di usianya yang ke 100 tahun ini, saya merefleksikan bahwa bukanlah suatu yang naif, ketika kita jujur untuk mengakui bahwa sesungguhnya kita sedang membutuhkan suatu Kisah Baru yakni Kisah Ketiga. Saya tergugah untuk merenungkan perjalanan “Keluarga SSCC Indonesia” ini dengan membingkainya dalam Tiga Kisah. Kisah Pertama adalah Kisah tentang bagaimana Bapa dan Ibu Pendiri berjuang mendirikan Dan menancapkan tiang-tiang awal Kongregasi SSCC. Kisah keduaadalah Kisah tentang bagaimana “Keluarga SSCC” ini mendapatkan kakinya untuk pertama kalinya di bumi pertiwi ini. Saya meyakini dengan sungguh bahwa kita semua yang dengan bangga menggabungkan diri dalam “Keluarga” ini, telah memahami dengan baik tentang narasi-narasi Kisah Pertama dan Kisah Kedua di atas. Dalam momen 100 tahun SSCC Indonesia ini, kita semua harus berani mengatakan bahwa kita sedang membutuhkan Kisah Baru yakni Kisah Ketiga. Kisah Ketiga adalah Kisah tentang bagaimana kita hidup berdampingan dengan sesama anggota “Keluarga” ini.
Idealnya, kisah Ketiga ini tampaknya akan berjalan mudah karena mempunyai semacam “guideline”nya tersendiri yakni Family Spirit. Akan tetapi, hingga usia satu abad ini, jika saya menghidupi Family Spirit dengan prinsip “Like or Dislike”, maka tampaknya saya sedang tidak baik-baik saja di dalam “keluarga” ini. Keadaan ini menunjukan bahwa sesungguhnya ada proses seleksi persaudaraan dalam keluarga ini. Dan, sungguh memprihatinkan jika proses seleksi persaudaraan itu telah dimulai dalam pikiran. Kondisi semacam ini memperlihatkan bahwa tampaknya ada kepingan-kepingan yang hilang dari Family Spirit ini.
Family Spirit memang Salah satu karisma unggulan “Keluarga” ini yang telah digagas dan dihidupi oleh Para Pendiri sejak awal. Pembaruan (renewal) yang kini terus kita perjuangan memang pada tempatnya. Persoalannya utamanya bukan soal slogan “Renewal” ini yang akhir-akhir ini hanya menghiasi kaos-kaos Perayaan 100 tahun ini. “Renewal” hanyalah “bentuk”. Persoalan utamanya adalah “isunya” yakni bagaimana saya dan kita semua yang dengan bangga mengakui SSCC Sebagai “Keluarga”, membangun kisah-kisah baru tentang bagaimana saya dan kita hidup berdampingan dengan sesama konfrater; tentang bagaimana saya memperhatikan konfrater saya yang tua dan sakit, tentang bagaimana saya berjuang menerima konfrater saya yang sedang ada dalam pergumulan yang berat, tentang bagaimana saya berjuang menahan mulut dan jari-jari tangan saya untuk tidak menceritakan ataupun melanjutkan cerita kelemahan konfrater saya ke orang lain di luar lingkaran “keluarga” ini, Dan tentu saja tentang bagaimana saya berjuang untuk tidak menyeleksi persaudaraan atas dasar suka atau tidak suka. Pembaruan dalam hal-hal sederhana inilah yang harus saya baharui dalam diri saya sendiri. Perayaan satu abad ini, “Kepala Keluarga” ini tidak perlu membuat peraturan yang baru tentang detil-detil Family Spirit. Kisah Ketiga yang menjadi fokus dan isi Pembaruan ini dimulai dari masing-masing anggota “Keluarga” ini.
Salam Hati Kudus Yesus Dan Hati Suci Maria
Romo Nelis, SS.CC