Berbicara tentang Ibu Pendiri di masa sekarang, pada situasi saat ini menunjukkan arti kekayaan dari kepribadian Henriette Aymer yang tak lekang oleh waktu dan konteks. Jika kita melihat bagaimana gagasan pemikiran dari tema-tema yang penting seperti pengalaman akan Tuhan, persaudaraan dan perilaku atau tindakan dalam mengikuti Kristus Yesus mengarahkan pada sikap menjadi sesama bagi mereka yang berdampak pada pandemi virus corona. Maka poin refleksi menyangkut 3 (tiga) hal penting yang ada pada keutamaan Ibu Pendiri, Heinrette Aymer yakni:

  1. Kepemimpinan yang selalu memunculkan ‘ADA’.
    Ibu Pendiri adalah sosok yang menunjukkan tokoh yang mumpuni di dalam leadership. Ada tiga aspek leadership yang ada pada dirinya yakni leadership ‘within’, leadership ‘among’ dan leadership ‘a head’. Kapasitas memimpin diri (leadership within) tertuang di dalam pola hidup Ibu Pendiri yang mengalami transformasi untuk lebih mengenal Tuhan, dengan membuka hati atas kehendak Tuhan untuk selalu bertobat dan menghidupi doa. “One never sees oneself so small as when he or she looks at God closely, and this facilitates union”, pernyataan Ibu Pendiri dari arti nilai internalisasi diri. Ibu pendiri menunjukkan pentingnya memiliki kapasitas dalam memimpin diri terlebih dahulu. Yesus menegaskan hal tersebut sebelum memulai berkarya ketika dicobai oleh iblis di padang gurun (bdk Mat 4: 1-11). Kemudian aspek pentingnya yakni kapasitas untuk dipimpin, untuk mendengarkan orang lain (leadership ‘among’), bagaimana perubahan diri Ibu Pendiri karena keaktifan untuk mau mendengarkan dan dipimpin oleh orang lain, pada konteksnya yakni Pater Coudrin, “I (Henriete Aymer) used to worry about not knowing how to pray, until I heard this simple teaching from Father Coudrin: “to pray it is only necessary to bring one’s heart near to the Heart of the Good God”. A beautiful door opened up for me. Only God can be your consolation”. Jika kita sandingkan dengan Yesus tentang nilai tersebut, maka termuat pada kisah saat Yesus ditemukan di Bait Allah, sedang mendengarkan pengajaran di Bait Allah (Luk 2: 41-52). Aspek terakhir dari leadership adalah kapasitas memimpin orang lain (leadership ‘a head’), hal ini sangat jelas sekali. Kepemimpinan ini menunjukkan tema besar dari arti kepemimpinan yang melayani. Keseluruhan hidup Ibu Pendiri memancarkan aspek kepemimpinan melayani baik dalam hidup doa bagi orang lain, pelayanan di dalam komunitas dan pemikiran-pemikiran yang bercorak untuk melayani bukan dilayani, “To be a repairer is to center prayer less on myself and more on the world where sin hurts persons and society”. Yesus selalu menegaskan untuk menjadi pelayan, kemampuan untuk melayani bukan dilayani (Bdk Mat 20:28: “sama seperti Anak Manusia yang datang bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani dan memberikan nyawa-Nya sebagai tebusan bagi banyak orang.”)
  2. Keterbukaan Rohani

    Nilai keutamaan Ibu Pendiri yang sangat menonjol adalah keterbukaan rohani. Nilai ini nampak didasari akan aspek internalisasi yang mentransformasi diri. Adanya kemauan dan dorongan dari Allah sehingga di tangkap oleh Allah untuk menemani, membebaskan, memerangi rasa takut dan membangun harapan. Jika kita lihat bagaimana alur perubahan Ibu Pendiri, dari ketidaktahuan berdoa menjadi pelaku dan pewarta doa dan adorasi silih, dari lingkungan keterkekangan dalam penjara menjadi penuh kebebasan dalam berbuat baik yang terwujud pada pelayanan bagi anak dan warga binaan, dari rasa ketakutan dihadapkan pada kematian yang nyata karena menolong Pater Coudrin menjadi keberanian untuk menyebarkan kekuatan Hati Kudus Yesus dan Maria dan dari ketiadaan harapan hidup menjadi penuh harap akan hidup karena imannya yang utuh dan penuh, “We are in a very disgraceful epoch, but if God is with us, who can be against us?”. Hal yang sangat penting tentang kesatuan, Yesus selalu menekankan kesatuan dengan Tuhan (Bdk Yoh 17: 21), suatu gambaran kesatuan rohani yang berlandaskan: hidup di dalam Kristus (ayatYoh 17:23); mengenal dan mengalami kasih Bapa dan persekutuan Kristus (Yoh 17:26); perpisahan dari dunia (Yoh 17:14-16); pengudusan dalam kebenaran (Yoh 17:17,19); menerima dan mempercayai kebenaran Firman Allah (Yoh 17:6,8,17); keinginan untuk membawa keselamatan kepada yang hilang (Yoh 17:21,23): dan ketaatan kepada Firman (Yoh 17:6).

3. Solidaritas

Jika kita mengartikan arti solidaritas maka terdefinisi sebagai kesatuan akal budi, nalar, rasa dan kehendak untuk mendukung satu sama lain. Solidaritas lahir karena kesatuan dari aspek iman dan keseimbangan dalam pengungkapan iman dan perwujudan iman. Ibu Pendiri menjadi salah satu tokoh penting di dalam gambarannya dilihat dari keutamaan hidup beliau. Kata Ibu Pendiri: “I pray for so many who don’t ask for God’s forgiveness through Jesus, victim offered for us. When I make adoration I bring here to the chapel, people, the world, and my homeland. I have received that love to be able to give it. So many don’t receive it, they don’t want it; they seem not to need it. If they only knew…I offer myself, victim with Him…in spite of my unworthiness”. Iman yang dimulai dari kata “ya” untuk membuka hati akan kehendak Tuhan dan mewujud di dalam ungkapan iman, dengan cara pengakuan dosa, doa, adorasi silih dan perwujudan imannya di dalam bentuk/laku yakni pertobatan yang lebih dan silih bagi orang lain dan sikap melayani. Artinya ada keputusan penting untuk berbuat sesuatu bagi sesama dalam rangka keselamatan karena dasar kasih dan sikap solidaritas. Jika disederhanakan adalah berkata YA akan Allah dan YA untuk keselamatan orang lain bukan hanya YA untuk diri sendiri. “sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” (Mat 20:28, Mat 18;11).

Mengenang kembali Ibu Pendiri harus juga menimba keutamaan-keutamaan Ibu Pendiri, bukan sebatas mengenang sejarah hidupnya pada konteks waktu itu melainkan menghidupi nilai keutamaan pada konteks sekarang. Masa Pandemi saat ini memberi ruang untuk mencapai kekudusan salah satu caranya menjadi sesama bagi yang berdampak pandemi. Kita sebagai anggota SS.CC, baik itu Brothers , Sister, Pemerhati dan awam mesti meneladani Ibu Pendiri dimulai dari kemampuan atau kapasitas akan aspek leadership, keterbukaan rohani, dan solidaritas dari Ibu Pendiri sehingga mampu menjadi pribadi yang mempunyai kedalaman innerself, kedalaman spiritual dan kedalaman sosial. Kedalaman itu yang memampukan akal budi bekerja, penuh kreativitas dan tahu apa yang harus dilakukan untuk saudaraku pada konteks yang ada. Amin.

 (Fr. Tono SS.CC)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Name *