Menjalani Tahun Orientasi Pastoral (TOP) di Keuskupan Tanjungkarang merupakan sebuah pengalaman yang tidak akan pernah terlupakan. Banyak perjuangan, tantangan, suka dan duka yang sudah saya alami ditempat TOP ini, semuanya itu menjadikan saya menjadi lebih tahu tentang medan pastoral yang akan saya alami kedepannya. Setelah hampir satu tahun saya menjalani masa TOP di Keuskupan Tanjungkarang, maka sebentar lagi saatnya saya kembali ke Jogjakarta untuk melanjutkan studi.
Waktu begitu cepat bergulir dan menciptakan sebuah kisah bahagia dan haru. Kisah bahagianya karena saya bisa menjalani TOP di Keuskupan sendiri, sehingga banyak berjumpa dengan orang-orang yang tidak asing lagi dengan saya. Budaya dan karakter itu sudah menyatu dalam pribadi saya, dengan demikian saya dapat masuk ke dalam budaya dan karakter umat di Keuskupan Tanjungkarang dengan mudah. Selanjutnya, kebahagiaan yang saya temui adalah perjuangan para umat dalam hidup menggereja dan sosial. Di mana mereka dituntut untuk selalu setia dalam iman Kristiani walaupun banyak godaan dan tantangan yang harus dihadapi.
Kemudian, harunya karena masa-masa yang berkesan ini akan menjadi sebuah kenangan yang akan saya bawa sampai nanti, selama masa karya dan pelayanan saya nanti. Banyak hal dan peristiwa yang saya alami di sini. Pelayanan yang tidak mudah, medan jalan yang selalu menggoyangkan seluruh badan karena banyak lubang-lubang di tengah atau di pinggir jalan, dan sambutan umat yang guyub dan bersahabat. Semua kenangan itu akan menjadi lukisan-lukisan yang indah dalam kanvas kehidupan saya.
Untuk mengakhiri dan berterimakasih terhadap pengalaman dan kenangan-kenangan yang indah ini, pada hari Senin, tanggal 08 Juni 2020 yang lalu, saya menyempatkan waktu dan diri untuk berkunjung ke kediaman bapa Uskup Yohanes Harun Yuwono Pr. Intensi dari kunjungan saya adalah untuk berpamitan dan berterimakasih atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk TOP di Keuskupan Tanjungkarang melalui kongregasi SSCC. Dalam obrolan yang terbangun, saya membagikan pengalaman yang sudah saya alami ditempat TOP saya, yaitu di paroki Kabar Gembira Kotabumi, Lampung Utara dan menyampaikan terima kasih saya dan kongregasi SSCC atas kesempatan yang luar biasa ini.
Setelah itu, saya menjelaskan tentang retret pribadi pembaruan kaul pada tanggal 26 Juni – 02 Juli 2020 dan pembaruan kaul pada tanggal 03 Juli 2020 yang akan diterimakan oleh RP. Bartholomeus Didit OFM, yang akan dilaksanakan di komunitas Biara suster-suster Klaris di Sekincau, Lampung Barat. Kami juga bercerita hal-hal praktis dan sederhana tentang masa TOP, di dalam cerita-cerita itu terdapat sebuah pesan dari beliau, “kalau ada frater yang mau TOP lagi silakan, atau sekadar main atau liburan,… keuskupan terbuka akan hal itu. Sampaikan salam saya kepada rektor.” Pertemuan yang meneguhkan ini saya akhiri dengan meminta foto bersama dengan bapa uskup sebagai kenang-kenangan.
Ada sebuah kalimat bijak, dari bunda Theresa dari Kalkuta, “ At the end of our lives we will not be judged by how many diplomas we have received, how much money we have made or how many great things we have done. We will be judged by: I was hungry and you gave me to eat. I was naked and you clothed me. I was homeless and you took me in. Mari kita taburi pelayanan kita dengan kasih, dengan demikian kita dapat mengasihi sesama kita dengan sepenuh hati dan total, “Non Est Personarum Acceptor Deus”, Allah tidak membedakan orang (Motto Bapa Uskup Yohanes Harun Yuwono Pr).
(Fr. Junaedi SSCC)