Tetaplah setia di jalan Tuhan, adalah tema ucapan syukur dan perutusan bagi frater TOP yang telah selesai menjalani Tahun Orientasi Patoral di Seminari Hokeng. Frater yang telah menyelesaikan masa TOP yakni terdiri dari dua frater dari keuskupan Larantuka, satu dari CSSR dan satu dari SS.CC. Diawali dengan perayaan Ekaristi bersama dengan selebran utama Romo Silu Wutun Pr dan conselebrant terdiri dari semua Pastor yang berkarya di Seminari Hokeng. Romo Rektor, RD Gius, di dalam kotbahnya menekankan pesan dari Mat 10:7-13, “kamu telah menerima secara cuma-cuma, berikanlah juga dengan cuma-Cuma dan pesan untuk setia pada Tuhan dalam sabda-Nya dan panggilan-Nya”. 

Pada kesempatan untuk memberikan kesan, pesan di dalam acara kebersamaan dengan para Pastor, guru, karyawan dan para siswa. Saya Kembali menegaskan bahwa masa TOP di Seminari Hokeng adalah masa mencicipi pastoral yang mungkin ke depannya saya menghidupi pastoral tersebut dan juga hal untuk menyakinkan di dalam piliha panggilan hidup. Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapa Uskup Keuskupan Larantuka yang telah menerima dengan hati dan tangan terbuka untuk kongregasi SS.CC khususnya saya didalam menjalani TOP di seminari Hokeng. Pesan beliau sewaktu datang pertama kali kepada saya: “jika terjadi apa-apa, segera langsung hubungi saya”. Hal itu menunjukkan perhatian sang Gembala bagi domba yang jauh dari komunitasnya. Saya berterima kasih kepada Romo Rektor, Romo Gius Harian Lolan. Saya belajar dari gaya kepemimpinan dan kerendahanhati beliau. Ketika komunitas mengalami suatu masalah, beliau dengan pengalaman dan pendidikannya selalu memaki kata:”saya menawarkan”. Kata itu bermaksud supaya semua diarahkan, diajak mengerti bersama dan akhirnya menuju jalan keluar yang sesuai visi misi seminari. Saya mengucapkan terima kasih kepada Pater Boli SVD, beliau sebagai Bapa pengakuan dan rohani selama setahun di seminari San Dominggo. Masukan dan nasehat yang luar biasa karena pengalaman pastoral di paroki dan di seminari. Pesannya selalu menekankan spiritualias kehadiran. Saya juga berterima kasih kepada Romo Yosdo sebagai wakil Rektor. Nilai yang ada didalam diri Romo Yosdo adalah spirit komunitasnya. Beliau selalu berbagi dalam hal canda, dan menghidupkan komunitas dengan gaya komunikasinya, sifatnya yang hangat. Saya melihat beliau sebagai  gambaran roh dan spirit komunitas seminari. Saya berterima kasih kepada Romo Pamong koordinator, Romo Silu Wutun. Saya belajar dari beliau tentang nilai subsidiaritas, memberi wewenang/kepercayaan dibawahnya dan ketika diminta tolong akan memberikan pertolongan sepenuh hati. Saya juga berterima kasih kepada Romo Kepala Sekolah, Romo Alfons, nilai yang ada di beliau adalah keberanian untuk sesuatu hal yang baru. Saya berterima kasih kepada Romo Direktur Spiritual, Pater Gaby SVD. Nilai yang saya dapatkan dari beliau tentang disiplin dan komitmen. Beliau mengingatkan pesan dari seorang aktor Denzel Washinton, tiga nilai yang harus dimiliki supaya menjadi orang sukses yakni disiplin, komitmen dan adanya perencanaan. Saya juga berterima kasih kepada Romo Stef, sebagai ekonom Seminari. Nilai yang ada di dalam beliau adalah soal keheningan bukan diamnya, hal itu sangat jelas dari hasil kotbah dan renungan yang luar biasa setiap harinya. Saya belajar dari Romo Villa sebagai Romo Pamong kelas satu, saya gambarkan sebagai induk ayam, yang selalu melindungi panggilan anaknya yang dipercayakan kepadanya. Melepaskan dari seminari bukan akhir dari pangggilan melainkan sesuatu yang terbaik buat anak dan keluarga. Saya belajar dan berterima kasih kepada Romo Ino, beliau seperti lulusan hubungan internasional yang selalu bisa menghubungkan A, B, C dan dengan idealismenya mensintesis kemudian dipakai di dalam solusi yang luar biasa. Saya juga berterima kasih kepada Pater Minolfus SVD, nilai yang ada di dalam beliau adalah kemampuan di dalam sosialisasi. Saya melihat Romo Praeses kalah pamor dengan Pater Minolfus. Saya berterima kasih kepada Mama-mama, nona-nona yang bekerja di dapur. Mereka memberikan nilai pemberian diri yang luar biasa, bangun pagi jam 3:30 WITA untuk komunitas dan seminaris. Memberikan dengan kasih dan pengorbanan yang luar biasa. Saya berterima kasih dan belajar dari para guru. Mereka menunjukan arti kesabaran di dalam pembinaan dan proses belajar para siswa. Hal yang sulit bagi saya, para guru selalu menginspirasi untuk memberikan yang terbaik buat siswa. Saya belajar dari karyawan Tata Usaha yang juga saya berada di dalamnya, nilai berbagi nilai dan pengalaman menjadikan saya semakin bertumbuh di dalam hal tersebut. Saya berterima kasih kepada para siswa, ada dua nilai yang saya dapatkan yaitu solidaritas dan mendengarkan. Saya gambarkan solidaritas seperti minum bersama dalam satu cawan. Artinya saya tahu kebutuhan, keadaan, keprihatinan para siswa karena hasil dari kehadiran, hidup bersama bukan hanya dari hasil mengamati dari jauh. Akhirnya saya bisa melihat dari sudat pandang siswa dari idealisme saya dan inilah yang menjadikan relasi menjadi dekat. Saya tidak serta merta menuntut idealisme melainan saya bisa melihat secara penuh dari keterbatasan,kekurangmampuan siswa. Nilai kedua adalah sikap mendengarkan. Hanya dengan mendengarkan dan tanpa memotong pembicaraan atau bahkan mencoba mencari solusi, mereka merasa nyaman dan didengarkan. Banyak pengalaman para siswa sharing secara terbuka. Saya juga berterima kasih kepada semua saja yang tidak saya sebutkan semuanya, pengalaman kebersamaan bukanlah pegalaman yang kosong, saya selalu belajar dari kebersamaan tersebut.

Saya menyampaikan permohonan maaf atas kesalahan dari sikap, tutur kata, diam, dan hal yang membuat banyak kecewa. Saya banyak melakukan kesalahan di sini. Saya juga mohon didoakan supaya lancar dan setia. Saya juga mengucapkan terima kasih atas bekalnya yakni hasil evaluasi yang di berikan Seminari. Evaluasi itu merupakan hal yang sangat membantu dan menolong demi perkembangan diri saya. Apa yang harus ditinggalkan, apa yang harus di pertahankan dan apa yang harus dikembangkan. Semua itu demi panggilan dan perkembangan hidup saya lebih baik.

Saya ingin menginformasikan bahwa selanjutnya saya berada di komunitas CSSR untuk retret dan pembaruan kaul di tanggal 21 Juni 2020, kemudian berkunjung di keluarga confrater SSCC kemudian baru ke Jogja. Saya juga menawarkan kepada semua Pastor, guru, karyawan dan yang hadir jika ada kesempatan ke Jogja, jangan sungkan-sungkan untuk datang di komunitas SSCC, gubuk SSCC, meskipun gubuk masih ada krupuk untuk disajikan.

Saya juga mendoakan semoga para Pater, Romo, para Guru, karyawan, dan Bapa, Mama, Nona-nona serta semua yang ada di Seminari, selalu diberi kesehatan, kesuksesan dan seminari menghasilkan calon imam yang handal dan unggul.

Pengalaman masa TOP di Seminari Hokeng bukanlah hasil dari putaran dadu yang bersifat acak, melainkan sebuah rencana Tuhan yang luar biasa. Pesan dari Romo Wakil Rektor tergambar dari kisah sebagai berikut: “Ada seorang pemilik buruk yang mau menjual buruk kakak tua kepada seorang Pastor. Pastor belilah burung ini, burung ini bisa berkata dan bernyanyi, jika kaki kiri di tarik maka burung akan berkata, Haleluya-Haleluya. Jika Pastor tarik kaki kanan, maka burung akan berkata Gloria-Gloria. Kemudian pastor berkata bagaimana jika kedua kaki itu saya tarik? Maka burung akan menjawab: “jatuh, Bodoh!!”. Artinya bertindak lebih bijaksana, tataplah setia di dalam panggilan, jika melepaskan panggilan menjadi Imam itu tidak apa-apa namun jika sampai meninggalkan iman akan Yesus, itu sebuah kebodohan. 

Seminari San Dominggo Hokeng, menyampaikan terima kasih dan salam kepada komunitas SS.CC di manapun berada.

Fr. F.X. Martana

Hokeng, 11 Juni 2020.  Seminari San Dominggo, 

Rumah Rahim kehidupan dan Taman Kegembiraan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Name *