Pada tanggal 22-24 September 2019, kami mengunjungi komunitas SSCC dan makam Santo Damian, SSCC di kota Leuven, Belgia. Kunjungan ini adalah bagian dari program persiapan kaul kekal. Di suatu sore, saya mengunjungi Makam Santo Damian, SSCC. Di hadapanya, saya berdoa dan bermenung seorang diri seolah-olah sedang berbicara bersamanya. Dalam diri saya, muncul rasa kagum akan sosok yang kini menjadi inspirasi bagi banyak orang. Apa yang muncul dalam permenungan singkat itu adalah totalitas pengorbanan hidupnya dalam melayani orang-orang kusta di pulau Molokai. “mencintai sampai terluka”, mungkin kalimat itulah yang bisa menggambarkan dan merangkum seluruh hidupnya dan apa yang ia telah lakukan bagi sesama. Hal ini juga mengingatkan saya akan kata-kata Yesus sendiri: “Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya, Mat 10:39”. Bagi beberapa orang di masa ini, pernyataan Yesus itu bertentangan dengan kenyataan manusia yang mencari kepuasan terlebuh dahulu yang pada akhirnya kepuasan itu tidak pernah cukup. Yesus memberikan sebuah pemahaman yang lebih jauh bahwa kebahagiaan sejati datang bukan dari memuaskan ego melainkan dari melayani orang lain.

Di zaman ini jika ditanya siapa yang menjadi idolamu dalam hidup, maka kebanyakan dari kita akan mengidolakan bintang sepakbola, aktor atau aktris film, musisi, tokoh-tokoh yang tampil di televisi. Idola-idola itu adalah mereka yang mendominasi dalam acara-acara televisi, majalah-majalah, dll. Kita mengagumkan dan menyanjung mereka secara berlebihan. Bahkan kita selalu mengikuti setiap rincian perjalanan hidup, karir, pakaian yang mereka pakai, makanan yang mereka makan, produk-produk yang mereka promosikan, dll. Namun demikian, dari pengalaman yang saya lihat, idola-idola tersebut adalah mereka yang mempunyai masalah-masalah hidup yang cukup dramatis dan tragis. Ada yang memiliki masalah perkawinan yang berujung pada perceraian. Penggunaan obat-obat terlarang dan praktek prostitusi membuat mereka kehilangan makna hidup. Kehidupan yang begitu kejam mengakibatkan mereka harus mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Ironisnya, idola-idola yang dianggap sebagai figur sosial dan unggul dari pada orang-orang sederhana dan biasa tampaknya begitu tersiksa dan tertekan.

Santo Damian, SSCC adalah juga seorang idola bagi beberapa orang. Namun ia menjadi idola bukan datang dari kriteria yang bersifat duniawi. Ia bukan mengidolakan harta duniawi tetapi memilih untuk hidup miskin dan sederhana. Ia tidak menggunakan kebebasannya sebagai tuan dalam hidupnya tetapi memilih untuk hidup taat yang dijalankan dengan sukacita. Ia memilih untuk tidak menikah demi melayani Allah dan sesama. Sejak menjadi seorang religius SSCC, Pastor Damian melayani di tengah-tengah orang kusta di Molokai selama 16 tahun. Dalam pelayananya di antara orang kusta, ia telah membawa harapan kepada mereka yang berada dalam keputusasaan. Ia menjadi sumber penghiburan dan sahabat bagi penderita kusta. Ia adalah dokter jiwa dan raga tanpa membedakan suku dan agama. Ia memberikan suara kepada mereka yang tidak bersuara. Ia membangun komunitas di mana sukacita dalam kebersamaan dan keterbukaan terhadap kasih Tuhan yang memberi orang alasan baru untuk hidup.

Sebagai anggota dari Kongregasi SSCC, saya menghormati dan mengaguminya karena ia telah menghidupi apa yang katakan Yesus: “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya, Yoh 15:13”. Dalam kehilangan hidupnya ia justru menemukan hidup. Ia menemukan kebahagiaan yang bukan dari dunia ini. Kalau kita menghabiskan hidup kita hanya untuk mencari kebahagiaan melalui kemewahan, memamerkan harta benda, obat-obat terlarang, jumlah followers, justru kita tidak akan mendapatkanya. Kebahagiaan itu akan semakin jauh dari orang-orang yang mengejarnya. Kebahagiaan sejati itu akan datang sebagai anugerah bukan dari memuaskan ego kita atau tergantung pada apa yang kita miliki melainkan dari melayani orang lain. Hal ini yang saya identifikasikan sebagai kebahagiaan yang bukan datang dari dunia ini. Tuhan Memberkati.