“Kemurnian cinta diuji justru ketika kita dikhianati, dilukai, digosipin dan tidak dihargai”
Kita tidak bisa hidup tanpa cinta. Cinta merupakan salah satu kebutuhan mendasar dalam kehidupan. Kita membutuhkan cinta sejak kita lahir dan dalam perjalanan hidup selanjutnya. Cinta menjadi api semangat dalam menjalani hidup kita yang penuh berkat ini.
Tanpa cinta, hidup kita akan dibelenggu dengan perasaan negatif. Perasaan negatif membuat hidup tak berarti. Hidup tak berarti bisa membawa kita jatuh ke dalam kebencian, baik terhadap orang lain ataupun diri sendiri. Hidup kita akhirnya dipenuhi dengan kecemasan yang tinggi. Pendek kata, tanpa cinta, kita tidak bisa mensyukuri kehidupan yang telah dianugerahkan Allah kepada kita.
Cinta itu memang memiliki kekuatan yang dahsyat dalam kehidupan kita. Cinta dapat melepaskan kita dari keterpurukan, mencerahkan pikiran, dan menyembuhkan dari racun masa lampau. Alasannya adalah cinta bukan mengajar kita lemah, tetapi membangkitkan kekuatan. Cinta bukan mengajar kita menghinakan diri, tetapi menghembuskan kegagahan. Cinta bukan melemahkan semangat, tetapi membangkitkan kegairahan.
Cinta yang kita bahas di sini bukan cinta romantis yang menyangkut kesenangan atau perasaan. Kita berbicara tentang keputusan untuk mencintai Allah, diri sendiri, dan sesama. Kita mencintai Allah karena Dia lebih dahulu mencintai kita. Mencintai diri sendiri karena kita adalah gambaran-Nya. Mencintai sesama dengan cinta tanpa syarat karena mereka adalah saudara kita.
Kita dapat dengan mudah mencintai orang-orang yang memperlakukan kita dengan baik. Kita tidak memerlukan usaha keras untuk mencintai teman kerja yang tidak pernah membicarakan sesuatu yang buruk tentang kita. Sangat mudah bagi kita untuk mencintai sesama kita yang tidak pernah membuat persoalan dengah kita. Kita dapat dengan mudah mengatakan kepada mereka ini : “Engkau begitu baik kepadaku dan aku akan memperlakukanmu dengan sikap yang sama”. Sikap tersebut bukan cinta, tetapi apresiasi. Cinta yang murni justru diuji ketika kita dilukai, dikhianati, digosipin, dan perbuatan baik kita tidak dihargai. Cinta yang murni nampak ketika kita tidak berubah walaupun kita diperlakukan secara tidak adil.
Kita tidak dapat mengatur orang lain untuk memperlakukan kita seperti apa yang kita harapkan. Senantiasa ada orang yang melukai kita, merendahkan kita, dan tidak menunjukkan kebaikan dan simpati kepada kita. Walaupun kita tidak bisa menghentikan perbuatan mereka, tetapi kita bisa mengendalikan reaksi kita terhadap mereka.
Reaksi cinta adalah kebalikan dari perbuatan mereka. Kita lebih bermurah hati terhadap mereka. Kita tetap berlaku baik terhadap mereka dan mendoakan mereka walaupun sebenarnya mereka tidak pantas menerimanya.
Ketika kita memilih untuk fokus pada apa yang dapat kita lakukan, yaitu menunjukkan cinta setiap hari daripada apa yang orang lain lakukan, maka hal yang mengagumkan akan terjadi. Daripada tenggelam di dalam kefrustasian dan kesedihan karena perkataan atau perbuatan orang lain, kita lebih baik membawa cinta bertakhta di dalam hati kita sehingga sukacita kita berlimpah. Semakin mencintai sesama, semakin kita bahagia karena kita telah menang terhadap tindakan negatif orang lain.
Ketika cinta telah bertakhta dalam hidup kita, maka cinta sebagai kekuatan terbesar dalan diri kita dan bahkan dunia sungguh terbukti. Cinta adalah kekuatan terbesar dalam hidup kita karena Allah adalah Kasih : “Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih”(1 Yohanes 4 : 8).
Ketika kita mencintai sesama apapun perlakuannya terhadap kita, Allah tinggal di dalam hati kita. Ketika kita menebarkan cinta, kita menghadirkan Allah kepada semua makhluk ciptaan-Nya.
Ada seorang ibu yang tetap setia walaupun dikhianati oleh suaminya. Suaminya jatuh hati dengan perempuan lain. Kalau ingin membalasnya dengan sikap yang sama, ia bisa saja m]elakukannya karena ia memiliki segalanya. Ia cantik dan memiliki perusahaan yang besar. Akan tetapi, ia tidak melakukannya. Ia mengatakan bahwa cinta itu adalah suci. Karena cinta adalah suci, cinta tak dapat digantikannya karena cinta Allah juga tidak berubah. Ia tetap melayani suaminya dengan tulus walaupun hatinya tercabik-cabik. Ia yakin bahwa pada saatnya suaminya akan kembali ke dalam keluarganya. Ia menyadari bahwa suamiku saat ini memerlukan pertolongan darinya karena cinta di dalam dirinya sedang tertimbun nafsu. Setiap hari ia mendoakan suaminya : “Ya, Allah, kembalikan suamiku ke dalam keluarga kami. Kami sabar menantikan hatinya kembali kepada kami”. Tiga tahun kemudian, tiba-tiba suaminya memeluknya dengan deraian mata dan dengan perkataan maaf karena kelalaiannya. Kembalinya suaminya itu membuat seluruh anggota keluarga itu sangat bahagia.
Doa
Ya, Allah
Kuatkanlah kami untuk tetap dapat mencintai
walaupun disakiti dan tidak dihargai.
Dengan memberikan cinta yang tanpa syarat,
kami dapat menghadirkan Engkau kepada sesama,
bahkan kepada orang yang tidak tahu beriterimakasih.
Dengan menebarkan Cinta,
kami akan dimuliakan karena akan bersatu denganMu, Sang Maha Kasih.
Oleh Romo Felix Supranto, SS.CC_