Melakukan hidup keagamaan kita tidaklah cukup dengan melakukan secara baik saja. Misalnya, setiap Minggu saya ke gereja, selalu memberi kolekte, melayani di paroki dan lingkungan, setiap malam saya berdoa, dan lain-lain. Yesus tidak menuntut kita melakukan hidup keagamaan kita secara baik saja, tetapi juga harus dengan benar.

Benar dan baik sangatlah berbeda. Segala sesuatu dapat kita lakukan dengan baik, tapi belum tentu itu adalah benar. Dalam Injil dikatakan bahwa orang Farisi sangat baik dalam melakukan hidup keagamaannya. Mereka berpuasa, berdoa dan melakukan Hukum Taurat tanpa ada yang dapat menandingi. Tetapi Yesus mengatakan bahwa bukan itu yang Allah kehedaki. Melakukan denga pengertian yang benar dan hati yang benar itulah yang diinginkan Allah.

Jadikanlah dirimu lebih baik daripada ahli taurat dan orang-orang Farisi! Yesus menantang kita agar membangun kehidupan yang lebih bersahaja dibandingkan dengan orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. Yesus menantang kita untuk melihat kehidupan kita pada inti terdalam dari diri kita. Kita harus memerangi kejahatan sampai keakar-akarnyaa, sebelum hal itu muncul ke permukaan sebagai kejahatan. Kita harus bisa mengalahkan rasa marah yang menjadi cikal bakal dari membunuh, kita harus bisa mengatur sendiri tata damai dihati dan berdamai dengan sesama kita sebelum kita mempersembahkan kurban, atau sebelum damai itu dipaksakan dari luar oleh otoritas yang berwenang.

Melakukan hidup keagamaan yang baik dapat dilakukan oleh siapa saja . Baik yang sungguh-sungguh, maupun yang hanya ikut-ikutan. Namun untuk melakukan hidup keagamaan yang benar, perlu mengenal hati Allah dan mengetahui sungguh-sungguh apa yang dikehendaki-Nya.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita cenderung membandingkan kualitas hidup kita dengan kualitas hidup orang lain. Dalam situasi seperti ini, muncul bahaya, yaitu kita justru membandingkan kualitas hidup kita dengan orang-orang yang kualitas hidupnya lebih rendah. Perbuatan yang demikian bisa memuaskan diri kita sebagai yang lebih baik dibandingkan dengan orang yang kurang baik, tetapi tidak berguna membangun hidup kita yang sungguh-sungguh baik. Kalau kita mau membangun hidup yang berkualitas, bandingkanlah diri kita dengan orang-orang yang berkualitas lebih baik dari kita, bukan membandingkannya dengan orang yang berkualitas lebih rendah dari diri kita.