“Dimensi Sosial Kesucian”
Yesus mengambil seorang anak kecil ketika mengajar para muridnya yang ribut tentang siapa yang terbesar di antara mereka. ,emgapa seseorang harus seperti menerima anak kecil ketika menerima Yesus? Anak kecil selain lucu, polos dan menggemaskan sebenarnya adalah simbol masyarakat yang lemah, tanpa pelindung, miskin, dan tidak mampu melakukan banyak hal.
Ajaran ini melengkapi sabda Yesus sebelumnya yaitu bila para murid ingin menjadi yang terbesar haruslah mereka menjadi yang terakhir. Maksudnya, selain para murid harus berjuang secara pribadi, mereka juga harus memikirkan pribadi-pribadi lain. Ini berarti kesucian tidak pernah berputar-putar pada ego seseorang, pada perjuangan pribadinya saja, tetapi memiliki pula aspek sosial. Untuk menjadi suci, orang harus terbuka kepada yang lain, harus pula berpihak kepada orang-orang yang lemah dan tersingkirkan.
Hal ini menjadi sangat penting karena kita muda sekali jatuh ke dalam pertengkaran, kemarahan, dendam, serta rasa iri hati seperti yang diperingatkan oleh Santo Yakobus dalam bacaan pertama hari ini (Yak 4:1-10). Iri hati hanya akan membawa kita kepada ketidakbahagiaan. Karena itu, kita harus memperlakukan sesama sebagai saudara, bukan sebagai saingan.
Ditulis oleh Josep Ferry Susanto Pr.