Dilahirkan dari air dan Roh adalah gambaran mengenai pembaptisan. Dengan dibaptis, seseorang dianugerahi Roh Kudus supaya ia menjadi manusia baru. Ia diangkat menjadi anak Allah. Hidupnya dijiwai dengan martabat ilahi dan dosa-dosanya diampuni, baik dosa asal maupun dosa yg ia lakukan secara pribadi. Dengan demikian ia dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah dan hidup bersatu dengan Allah.

Hidup baru dalam Roh ini dibicarakan oleh Yesus dihadapan Nikodemus, seorang pemimpin agama Yahudi. Seseorang tidak cukup hanya tahu dan kagum pada Tuhan. Ia perlu juga dihidupi oleh Tuhan sendiri agar bisa hidup secara baru. Nikodemus memang mengagumi Yesus sebagai guru yang datang dari Allah dan sebagai pembuat mukjizat. Ia diajak berani mempercayakan hidupnya kepadaNya. Memang tidak ada cerita secara eksplisit bahwa ia menjadi murid Yesus namun ia membela Yesus di hadapan Sanhedrin (Yoh 7,50) dan ikut ambil bagian dalam penguburan Yesus (Yoh 19,39). Hidup barunya pun mulai tampak ketika ia mengikuti perjalanan Yesus.

Kita hidup di tengah zaman yang tidak menganggap dosa sebagai sebuah persoalan yang sangat serius. Benar atau salah ditentukan oleh masing-masing orang, bukan oleh Allah. Beberapa orang memandang istilah “dosa” terlalu negatif untuk dialamatkan pada orang lain. “Adalah berdosa untuk mengatakan orang lain berdosa,” begitu kira-kira pendapat mereka.

Mereka yang gagal melihat keseriusan dosa tentu saja menolak untuk mencari solusi yang radikal terhadap persoalan ini. Dosa bukan persoalan yang perlu dirisaukan. Solusinya pun ada di tengan manusia. Yang penting adalah berbuat baik. Yang penting adalah mengikuti ritual keagamaan. Yang penting memiliki model spiritualitas tertentu.

Benarkah demikian? Marilah kita mengkaji ulang pemikiran di atas berdasarkan percakapan antara Yesus Kristus dengan Nikodemus dalam teks hari ini. Kita akan melihat bahwa kesalehan yang dibangun oleh manusia merupakan sebuah kesalahan. Kesalahan yang sangat menipu diri sendiri. Kesalahan yang bisa memberi kepuasan rohani yang semu. Kesalehan semacam ini justru seringkali lebih berbahaya daripada kesalahan yang kasad mata.

Kita yang sudah dibaptis, mestinya juga sudah dilahirkan dari Roh Kudus. Kita mestinya tidak hanya menjadi orang yang tahu banyak hal mengenai Tuhan tapi juga diharapkan mau dihidupi oleh pengetahuan kita mengenai Tuhan itu sehingga martabat kita sebagai anak-anak Allah sungguh nyata dan dapat dirasakan oleh orang lain. Mungkin tidak perlu dengan cara-cara yang heroik jika untuk menghayati hal seperti itu tidak mungkin kita lakukan. Menjadi anak-anak Allah bisa kita lakulan ketika kita mau ambil bagian dalam kesulitan atau kesusahan orang lain. Mau direpotin dan siap sedia membantu orang yang sedang membutuhkan diri kita.