Pada tanggal 1 September 2019, dimulainya persiapan kaul kekal tahap kedua di Picpus, Prancis. Saya bersyukur karena bisa mengalami pengalaman berahmat ini. Saya menyadari bahwa kasih setia Allah selalu menyertai dan mendampingi sehingga saya bisa menyaksikan sendiri peristiwa sejarah lahirnya Kongregasi SSCC di Prancis. Menghasrati semangat dan spiritualitas adalah jalan kepada pembaruan dan kesucian hidup dalam mengikuti Kristus. Bersama dengan teman saya (Fr. Felix) dan Tim persiapan kaul kekal yang ada di Prancis (Rm. Valentinus Ritan, Rm. Remy, Rm Fery Indriyanto, Rm, Bernard Couronne, Rm Christian Flottes, Sr. Jeanne Codiou), kami berjalan bersama-sama untuk menggali nilai-nilai sejarah dan spiritualitas dalam kongregasi sscc. Kami juga ingin membongkar narasi Allah dan kisah cinta kami bersama Allah dalam perjalanan panggilan sebagai religius SSCC. Karena kami yakin bahwa sejarah panggilan hidup religius adalah juga sejarah tentang Cinta Allah.

Teks yang menjadi refleksi di hari pertama ini adalah 1 Raja 19:9-21. Teks itu berbicara mengenai Allah yang menyatakan diri di gunung Horeb. Teks itu mengisahkan bahwa Elia masuk ke dalam sebuah gua dan bermalam di situ. Maka Firman Tuhan datang kepadanya: “Apakah kerjamu di sini hai Elia? Elia menjawab bahwa aku bekerja segiat-giatnya bagi Tuhan, Allah semesta alam karena orang Israel meninggalkan perjanjian-Mu (1 Raj 19:9-10). Kisah tersebut ingin menegaskan bahwa kita harus mengambil waktu sejenak untuk hening, doa dan refleksi supaya kita tidak mudah meninggalkan perjanjian kita bersama Allah dalam hidup religius. Sebagaimana orang Israel yang tidak lagi mendengarkan Allah dan meninggalkan perjanjian-Nya karena tidak ada keheningan yang diciptakan dan batin yang tidak mendengarkan Allah.

Allah kemudian berfirman kepada Elia bahwa ia harus berdiri di atas gunung di hadapan Allah maka Tuhan akan lewat. Ada tiga peristiwa alam yang terjadi ketika Elia berdiri di atas gunung yaitu angin besar, gempa, dan api. Teks menyebutkan bahwa Tuhan tidak hadir melalui angin besar, gempa, dan api tetapi bunyi angin spoi-spoi basa (1 Raj 19:12).  Hal ini ingin menegaskan bahwa kehadiran Allah hanya bisa mungkin terjadi dalam keheningan. Angin spoi-spoi merupakan representasi dari sifat Allah yang menghidupkan dan menyegarkan bukan membinasakan. Sehingga ketika kita menciptakan keheningan untuk mendengarkan Allah, kita pun disegarkan dan dihidupkan kembali dalam perjalanan mengikuti-Nya. Injil Markus memberitahu kita bahwa Yesus juga mengajak para murid untuk pergi ke tempat yang sunyi dan beristirahat sejenak (Mrk 6:31). Thomas Merton pernah mengatakan: “ketika masyarakat tidak lagi menghargai dan mengenal kesunyian, maka mereka tidak lagi disatukan oleh cinta melainkan kekerasan dan kehendak untuk menguasai. Dengan demikian, hidup dalam kesunyian bukan bentuk pelarian dari kenyataan duniawi dan amat menakutkan, melainkan untuk membangun moralitas, integritas, dan kemampuan kita untuk mencintai. Pater Pierre Coudrin, SSCC (Pendiri Kongregasi SSCC) pernah mengatakan: “Supaya untuk membantu tugas dan pelayanan setiap hari, kamu harus masuk ke dalam keheningan untuk memperoleh kekuatan baru sehingga bisa menghadapi berbagai musuh dan tantangan.

Setelah Elia berjumpa dengan Tuhan dalam keheningan (gua dan angin spoi-spoi) Tuhan juga berfirman kepada Elia: Pergilah, kembalilah ke jalanmu! Perjumpaan dengan Allah kemudian tidak membuat Elia menjadi pasif melainkan ia mendapatkan perutusan dari Allah untuk pergi kepada jalan panggilan dan perutusannya. Perjumpaan dengan Allah kemudian membuat Elia bersaksi kepada Elisa yang sedang membajak sawah. Elia melakukan sebuah tindakan dengan melemparkan jubahnya dihadapan Elisa. Jubah merupakan simbol dari kesucian hidup berkat perjumpaan dengan Allah. Melempar jubah juga merupakan bentuk pengorbanan diri karena jubah terkait dengan identitas dirinya sebagai utusan Allah. Jubah yang dilemparkan menyimbolkan bahwa ia siap berkorban bagi orang lain. Hal ini juga yang dialami oleh Yesus dalam jalan salib-Nya. Yesus merelakan jubahnya diambil, disobek-sobek, dan dibagi-bagikan karena ia sedang mengajarkan kepada kita arti dari sebuah pengorbanan.

Pergilah, kembalilah ke jalanmu adalah sebuah ajakan untuk kembali kepada rahim spiritualitas dan karisma Kongregasi SSCC. Kembali kepada sumur yang memberi kesegaran yang merupakan sumber, jalan, dan identitas sebagai religius SSCC. Dengan kembali kepada sumur itu, panggilan sebagai seorang religius dan kisah keterlibatan Allah dalam sejarah kembali dinarasikan. Dengan itu, akan mengantar pada “pertobatan”. Dari sanalah kesaksian hidup religius pun memberi makna bagi banyak orang. Semoga perjumpaan dengan “Sumur” itu kami memperoleh kesegaran dalam mengikuti Kristus dalam hidup panggilan kami. Tuhan memberkati.