Bacaan Injil hari ini, Luk 13:1-9 berbicara tentang Dosa dan penderitaan (ay 1-5) dan Perumpamaan tentang pohon ara yg tdk berbuah (ay 6-9). Apa yang dapat diajarkan sebuah malapetaka, seperti “mandi darah politik”(ay 1) atau bencana alam(ay 4), tentang Kerajaan Allah dan konsekuensi dari kesalahan dan dosa atau berpaling dari Allah? Yesus menggunakan dua kisah/peristiwa seperti itu untuk membahas masalah dosa (perbuatan salah) dan penghakiman dengan para pendengar Yahudi-nya. “Pada waktu itu datanglah kepada Yesus beberapa orang membawa kabar tentang orang2 Galilea, yg darahnya dicampurkan Pilatus dgn darah korban yg mereka persembahkan”(ay 1). Pilatus, yang adalah gubernur Romawi di Yerusalem pada saat itu, memerintahkan pasukannya untuk membantai sekelompok orang Galilea yang datang ke Yerusalem untuk mempersembahkan kurban di Bait Suci. Kita tidak tahu apa yang dilakukan orang-orang Galilea ini sehingga membangkitkan kemarahan Pilatus, atau mengapa Pilatus memilih untuk menyerang mereka di tempat yg paling suci bagi orang-orang Yahudi, di Bait Suci mereka di Yerusalem. Bagi orang Yahudi, ini adalah suatu “kebiadaban politik” dan penistaan ​​yang terburuk! Insiden kedua yang Yesus sampaikan adalah bencana alam, sebuah menara di Yerusalem yang secara tak terduga runtuh dan menewaskan 18 orang(ay 4). Orang-orang Yahudi sering kali mengaitkan bencana dan penderitaan seperti itu sebagai konsekuensi dari dosa (melakukan apa yang salah dan bertentangan dengan hukum Allah). Alkitab memang memperingatkan bahwa dosa dapat mengakibatkan malapetaka atau bencana! “Sebab jatuh tujuh kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali, tetapi orang fasik akan roboh dalam bencana” (Amsal 24:16). Yesus juga memperingatkan pars pendengar-Nya agar bertobat jika tdk ingin mengalami bencana dan binasa, “Tetapi jika kamu tdk bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian”(ay 3 dan 5). Yesus melanjutkan peringatan-Nya dgn mengajak para pendengar-Nya dan kita agar berbalik dari dosa dan tdk membiarkan dosa merusak pikiran dan hati kita dgn ilustrasi dan cerita (perumpamaan) dari alam dan dunia pertanian yg mudah dipahami oleh para pendengar-Nya(ay 6-9). Tanah yang baik untuk bercocok tanam dan pohon buah-buahan jarang di iklim panas di Yudea dan daerah gurun sekitarnya. Salah satu sumber makanan yang sangat umum dan penting bagi orang-orang yang tinggal di wilayah Galilea dan Yudea adalah pohon ara. Buahnya sangat dihargai dan menjadi simbol berkat dan pemberian Allah yang bermanfaat bagi umat-Nya. Pohon ara biasanya mulai berbuah dalam waktu tiga tahun, dan menghasilkan buah berlimpah. Jika gagal, pohon itu ditebang untuk memberi ruang bagi pohon yang lebih sehat. “Lalu Ia berkata kepada pengurus kebun anggur itu: Sudah tiga tahun Aku datang mencari buah pada pohon ara ini dan Aku tdk menemukannya. Tebanglah pohon ini! Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma!”(ay 7). Sebuah pohon ara yang membusuk dan buahnya yang buruk melambangkan bagi orang Yahudi konsekuensi dari kerusakan rohani yang disebabkan oleh perbuatan jahat dan dosa yang tidak bertobat. Tuhan, dalam rahmat-Nya, memberi kita waktu untuk memperbaikinya, tetapi waktu itu sekarang. Kita tidak boleh berasumsi bahwa kita tidak perlu terburu-buru. Kematian yang tiba-tiba dan tidak terduga membuat seseorang tidak punya waktu untuk bersiap untuk menyelesaikan tanggungjawabnya ketika dia harus berdiri di hadapan Tuhan pada hari penghakiman. Yesus memperingatkan kita bahwa kita harus siap setiap saat. Menoleransi kebiasaan berdosa dan memaafkan dosa dan tidak mau bertobat atas kesalahan akan menghasilkan buah yang buruk, disiplin menyakitkan, dan penyakit rohani yang mengarah pada kematian dan kehancuran. Allah dalam rahmat-Nya memberi kita rahmat karunia (pertolongan dan penyembuhan-Nya yang murah hati) dan waktu untuk berpaling dari dosa, tetapi waktunya ya sekarang ini. Jika kita menunda, bahkan selama sehari saja, kita mungkin menemukan bahwa kasih karunia telah lewat atau berlalu dan waktu kita sudah habis. Apakah kita lapar dan haus akan kebenaran Allah (kebaikan moral) dan kekudusan? Semoga! “Tuhan Yesus, tambahlah rasa lapar dan haus kami akan Engkau agar kami dapat bertumbuh dalam kebenaran dan kekudusan. Semoga kami tidak menyia-nyiakan rahmat yg Engkau berikan kepada kami, dgn mengatakan saat ini ” ya ” kepada-Mu dan kepada kehendak dan rencana-Mu untuk hidup kami. Amin.” Berkah Dalem.