Dalam Bacaan Injil hari ini, Luk 11:27-28, Tuhan Yesus menyatakan kepada para murid yg mengikuti-Nya tentang Siapa yg berbahagia. Siapa yang kita cari untuk mendukung dan memberkati kita? Ketika seorang pengagum ingin memuji Yesus dengan memuji ibu-Nya, Yesus tidak menyangkal kebenaran dari ucapan “berbahagialah” yang diucapkannya. “Ketika Yesus masih berbicara, berserulah seorang perempuan dari antara orang banyak dan berkata kepada-Nya: “Berbahagialah ibu yg telah mengandung Engkau dan susu yg telah menyusui Engkau”(ay 27). Ucapan terima kasihnya (yang berarti “berkah” atau “kebahagiaan”) mengingatkan kita pada pujian atau magnificat Maria: “Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia,…”(Luk 1:48). Yesus menambahkan kata-katanya dengan menunjuk pada sumber dari semua keterberkati atau kebahagiaan sejati – yaitu kesatuan dengan Allah dalam hati, pikiran, dan kehendak. Kita dapat mendengar Firman Allah dan mempercayainya. Maria dengan rendah hati menyerahkan dirinya kepada rencana ajaib Allah untuk inkarnasi dari Anak-Nya yang tunggal – yaitu Firman Allah menjadi manusia di dalam rahimnya – dengan menyatakan: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu” (Luk 1:38). Maria mendengarkan perkataan yang diucapkan kepadanya oleh malaikat yang diutus oleh Tuhan dan dia mempercayainya.
Pada kesempatan lain Yesus mengatakan bahwa barangsiapa yang melakukan kehendak Allah adalah sahabat Allah dan anggota keluarga-Nya – putra dan putri-Nya yang telah ditebus oleh darah Kristus yang mahal. Mereka benar-benar diberkati atau berbahagia karena mereka mengenal Allah mereka secara pribadi dan mereka menemukan sukacita dalam mendengarkan dan menaati firman-Nya. Yesus menyatukan kita dengan Bapa sorgawi kita. Tujuan kita dalam hidup ini, merupakan alasan utama kita diciptakan sejak awal, adalah untuk penyatuan diri kita dengan Allah. Kita diciptakan untuk Allah dan hati kita gelisah sampai beristirahat di dalam Dia. Orang Kristiani yang mengikuti Yesus Kristus dan yang mencari kehendak Allah masuk ke dalam keluarga baru, yaitu keluarga “orang-orang kudus” di bumi dan di sorga. Yesus mengubah hukum atau aturan dalam hal relasi dan menunjukkan bahwa kekerabatan atau persaudaraan yang sejati bukan hanya masalah hubungan darah. “Tetapi Ia menjawab mereka: “Ibu-Ku dan saudara2-Ku ialah mereka, yg mendengarkan firman Allah dan melakukannya”(Luk 8:21). Pengangkatan kita sebagai putra dan putri Allah mengubah semua hubungan kita dan membutuhkan tatanan kesetiaan baru kepada Allah dan kerajaan-Nya. Apakah kita lapar dan haus akan Allah dan firman-Nya? Semoga! “Tuhan Yesus, hati kami gelisah sampai beristirahat di dalam diri-Mu. Bantulah kami untuk hidup di hadirat-Mu dan dalam pengetahuan akan kasih-Mu yang besar bagi kami. Semoga kami berusaha untuk menyenangkan Engkau dalam semua yang kami lakukan, katakan, dan pikirkan. Amin.” Selamat ber-akhir pekan dan Berkah Dalem.