Kebanyakan dari manusia terlahir dengan lima indra yang semuanya berfungsi dengan baik. Karenanya, kita dapat berlari, kita dapat mencium bau, dan kita dapat melakukan aktifitas indra sebagaimana mestinya. Singkat kata, kita dapat menggunakan kelima panca indra kita sebagaimana mestinya. Namun ada di antara kita, ada saudara-saudara kita yang tidak seberuntung kita, ada saudara-saudara kita yang tidak dapat melihat indahnya pelangi, ada saudara-saudara kita yang tidak dapat mendengar indahnya alunan musik dan nada pula saudara-saudara kita yang tidak pernah berkata kalau dia sedang sedih atau senang. Tapi, ada sesuatu yang seringkali tidak kita punyai tapi mereka punya. Yaitu kepercayaan. Mereka percaya kalau pelangi itu indah walau tidak melihat. Mereka percaya kalau music itu merdu walaupun tidak mendengar dan mereka pernah merasa sedih dan senang walau mereka tak mampu mengucapkannya. Kita yang terlahir dengan lima indra yang sempurna ini seringkali tidak percaya. Kita seringkali tidak percaya kalau kita tidak melihat bukti, kita tidak percaya jika kita tidak mendengar, dan kita tidak percaya kalau tidak terucap. Jika halnya demikian, kita termasuk orang-orang yang dikecam oleh Yesus karena kita kurang percaya
Injil Hari ini berbicara tentang tanda Nabi Yunus. Di mana orang-orang yang kurang percaya selalu menuntut tanda. Mereka menuntut tanda-tanda yang dapat ditangkap oleh indra. Mereka tidak dapat percaya. Padahal mereka sendiri telah berulangkali melihat tindakan Yesus mulai dari membuat mujizat sampai meyembuhkan orang yang sakit. Tapi sepertinya mereka belum percaya juga.karena itu, Yesus mengatakan bahwa satu-satunya tanda yang akan mereka dapatkan ialah tanda nabi Yunus. Pada zaman nabi Yunus, orang-orang Niniwe bertingkah tidak baik. Maka Tuhan mengutus nabi Yunus untuk menyampaikan pesan kepada orang-orang Niniwe, bahwa dalam waktu empat puluh hari jika Niniwe tidak bertobat maka Niniwe akan dihancurkan. Apa yang terjadi selanjutnya, Niniwe berpuasa dan akhirnya bertobat. Maka Tuhan Yesus juga ingin menjadi tanda seperti nabi Yunus. Tuhan Yesus ingin menjadkan dirinya tanda bagi dunia bahwa kerajaan Allah sudah datang. Namun Kita seringkali menjadikan diri kita orang yang kurang percaya. Kita cenderung menuntut tanda yang dapat ditangkap oleh indra.
Yesus dalam pewartaan-Nya, banyak menyerukan untuk bertobat. Namun kenyataannya, banyak yang meragukan tentang diri-Nya. Meskipun banyak mujizat diperbuat Yesus, namun angkatan pada zaman itu tidak juga bertobat. Mereka bahkan meminta lebih banyak tanda yang membuktikan bahwa Yesus adalah Mesias. Keinginan untuk bertobat tidak tergantung pada keputusan dari pribadi. Yunus tidak melakukan mujizat di kota Niniwe, tetapi seluruh penduduknya bertobat. Yesus banyak melakukan mujizat, tetapi angkatan zaman itu mengeraskan hati dan tidak bertobat.
Maka, belajar dari injil hari ini, kita dapat belajar dari saudara-saudara kita yang mungkin tidak dapat melihat, tidak dapat mendengar dan bahkan tidak dapat berbicara tapi mereka senantiasa percaya. Masa Prapaskah adalah masa yang tepat untuk berubah dan bertobat. Bertobat bukan hanya bersifat personal, melainkan juga struktural (dari rakyat kecil , sampai raja, dari anak-anak sampai orang dewasa) dan ekologis (makhluk-makhluk lain juga ikut berpuasa. Pertobatan berarti berseru kepada Allah dan berbalik dari tingkah laku yang jahat dan dari kekerasan. Bertobat harus dimulai dengan berdoa kepada Allah, melihat kesalahan pribadi, terhadap sesama dan ciptaan lainnya sebagai dosa terhadap Allah, sebagai ketidaksetiaan terhadap perjanjian dengan sang Pencipta. Itulah titik tolak untuk memohon rahmat-Nya agar kita dapat berbalik dari semua tingkah laku yang jahat dan perilaku kekerasan.
Mari kita mengubah sikap kita mulai dengan hal-hal kecil. Kita dapat mulai sikap percaya kita dengan percaya pada Tuhan yakni dengan cara percaya bahwa Ia senantiasa hadir dalam orang-orang disekitar kita terutama yang membutuhkan.