Bacaan Injil hari ini, Mat 19:23-30 berbicara dua hal yg saling berkaitan satu sama lain. Yang pertama tentang kekayaan, bagaimana kita seharusnya bersikap dan menggunakan kekayaan (ay 23-26) dan Upah mengikut Yesus (ay 27-30). “Yesus berkata kepada murid2-Nya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya utk masuk ke dalam Kerajaan Sorga”(ay 23). Apakah Yesus benar-benar menentang kekayaan (ay 23)? Dan mengapa Dia mengeluarkan peringatan yang begitu keras kepada orang kaya (juga kepada kita semua yang ingin menjadi kaya)? Kita tahu bahwa Yesus tidak menentang kekayaan semata, juga tidak menentang orang kaya. Dia punya banyak teman yang kaya, termasuk beberapa pemungut pajak terkenal! Seorang dari mereka bahkan menjadi rasul! Peringatan Yesus menegaskan kembali kebijaksanaan Perjanjian Lama: “Lebih baik orang miskin yang hidup menurut integritasnya daripada orang kaya yang sesat dalam caranya” (Amsal 28: 6; lihat juga Mazmur 37:16). “Jangan lelah untuk menjadi kaya; cukup bijak untuk berhenti” (Amsal 23: 4). Kita semua adalah pengemis miskin yang membutuhkan Allah. Yesus tampaknya mengatakan bahwa hampir tidak mungkin bagi orang kaya untuk hidup sebagai warga Kerajaan Allah. “Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah”(ay 24). Unta dianggap sebagai hewan terbesar yang dikenal oleh orang Yahudi di mana Yesus tinggal dan mengajar. “Lobang jarum” dapat diartikan secara harfiah atau secara kiasan menggambarkan gerbang sempit dan rendah di tembok kota (Yerusalem) yang digunakan oleh para pelancong/peziarah ketika gerbang publik/umum yang lebih besar dikunci pada malam hari. Orang berukuran normal harus “membungkukkan” diri mereka untuk memasuki gerbang itu. Seekor unta harus berlutut dan merangkak utk bisa melewatinya. Sampai kita dengan rendah hati berlutut di hadapan Allah dan mengakui kebutuhan dan ketergantungan total kita kepada-Nya, kita tidak akan menemukan kedamaian sejati, keamanan, dan kebahagiaan yang dapat menopang kita sekarang dan selamanya. Hanya Allah sajalah yang dapat memenuhi kebutuhan dan kerinduan kita yang terdalam. Alkitab memberi kita paradoks – kita kehilangan apa yang kita simpan dan kita mendapatkan apa yang kita berikan. “Dan setiap orang yg karena nama-Ku meninggalkan rumahnya, saudaranya laki2 atau saudaranya perempuan, bapak atau ibunya, anak2 atau ladangnya, akan menerima kembali seratus kali lipat dan akan memperoleh hidup yg kekal”(ay 29). Kedermawanan akan terbalas dengan berlimpah, baik di kehidupan ini maupun di zaman yang akan datang (Amsal 3: 9-10, Lukas 6:38). Yesus menawarkan kepada kita harta yang tiada bandingnya yang tidak bisa dibeli dengan uang dan tidak ada pencuri yang bisa mencuri. Kekayaan materi akan membelenggu kita, seperti budak yang terikat, di bumi ini kecuali jika kita menjaga hati kita dan menetapkan harta kita di dalam Allah dan kerajaan-Nya dari kehidupan dan sukacita abadi. Di mana hartamu? “Tuhan Yesus, Engkau telah merebut hati kami dan membukakan bagi kami harta sorgawi. Semoga Engkau selalu menjadi harta dan kesukaan kami dan semoga tidak ada lagi yang lain disimpan kecuali Engkau sendiri sebagai harta kami. Amin.” Berkah Dalem.