Dalam Bacaan Injil hari ini, Luk 17:7-10, Tuhan Yesus menyampaikan perumpamaan tentang Tuan dan Hamba. Hamba hanya melakukan apa yg menjadi tugasnya. Apakah Anda siap untuk memberikan yang terbaik utk Tuhan, terlepas berapa pun harganya? Mungkin kita seperti hamba di perumpamaan Yesus yang mengharapkan ucapan terimakasih atas apa yg kita kerjakan dan penghargaan khusus karena kita telah berusaha utk bekerja lebih keras? Betapa tidak adil tuan itu yg memaksa pelayannya memberi lebih dari yang seharusnya! Bukankah kita suka menegaskan hak-hak kita: “Aku hanya akan memberikan apa yang diminta dan tidak lebih!” Tapi siapa yang bisa memuaskan klaim cinta? Kita dipanggil untuk melayani Allah dan sesama tanpa pamrih dan dgn murah hati. Yesus menggunakan perumpamaan tentang hamba yang berbakti ini untuk menjelaskan bahwa kita tidak pernah dapat menempatkan Allah berhutang pada kita atau membuat klaim bahwa Allah berutang sesuatu kepada kita. Kita harus menganggap diri kita sebagai hamba Allah, sama seperti Yesus datang “bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani” (Mat 20:28). Melayani Allah dan sesama adalah tindakan sukarela atau bebas dan tugas suci. Seseorang dapat secara sukarela untuk pelayanan atau dipaksa untuk melakukan pelayanan untuk negara atau keluarga seseorang ketika kebutuhan khusus muncul. Demikian juga, Allah mengharapkan kita untuk memberi-Nya pujian dan penyembahan yang merupakan hak-Nya. Dan Dia dengan senang hati menerima persembahan kehendak bebas dari hidup kita untuk-Nya dan untuk pelayanan-Nya. Apa yang membuat persembahan kita menyenangkan Allah adalah kasih yang kita ungkapkan dalam tindakan pemberian diri. Kasih sejati adalah pengorbanan, murah hati, dan tidak mementingkan diri sendiri. Kasih Allah memaksa kita untuk memberikan yang terbaik. Bagaimana kita bisa mencintai orang lain tanpa pamrih dan tanpa syarat? Alkitab memberi tahu kita bahwa Allah sendiri adalah kasih (1 Yoh 4:16) – Dia adalah pencipta kehidupan dan sumber dari semua hubungan cinta kasih dan persahabatan yang sejati. Dia menciptakan kita dalam kasih, untuk kasih, dan Dia memenuhi hati kita dengan kasih tanpa batas yang memberikan apa pun yang baik untuk orang lain” (Roma 5: 5). Jika kita saling mengasihi, Allah tinggal di dalam kita dan kasih-Nya disempurnakan di dalam kita (1 Yoh 4:12). Allah menghargai hamba yang setia yang mengasihi dan yg melayani orang lain dengan murah hati. Dia selalu siap untuk bekerja di dalam dan melalui kita untuk kemuliaan-Nya. Namun, kita harus ingat bahwa Allah tidak pernah bisa berhutang budi kepada kita. Kita tidak memiliki klaim pada-Nya. Kasih-Nya memaksa kita untuk memberikan yang terbaik! Dan ketika kita telah melakukan yang terbaik, kita hanya melakukan tugas kita. “Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yg ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba2 yg tdk berguna; kami hanya melakukan apa yg kami harus lakukan”(ay 10). Kita tidak pernah bisa mengalahkan Tuhan dalam melakukan kebaikan dan menunjukkan kasih. Tuhan mencintai kita tanpa batas. Apakah kasih Allah memaksa kita untuk memberikan yang terbaik? Semoga! “Tuhan Yesus, penuhilah hati kami dengan cinta kasih, rasa syukur dan kemurahan hati. Jadikanlah kami hamba yang setia dan bersemangat untuk-Mu. Semoga kami dengan murah hati mencurahkan hidup kami dalam pelayanan yang penuh kasih untuk-Mu dan orang lain, sama seperti Engkau telah dengan murah hati memberikan diri-Mu sendiri dalam kasih untuk kami. Amin.” Berkah Dalem.