Dalam Bacaan Injil hari ini, Luk 7: 11-17, Tuhan Yesus membangkitkan anak muda di Nain. Bagaimana reaksi atau tanggapan Anda jika menyaksikan kemalangan orang lain? Di sejumlah tempat, Injil mencatat bahwa Yesus “tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan” ketika Ia bertemu dengan individu dan kelompok orang. Dunia modern kita menggunajan kata “welas asih” yg tidak sepenuhnya menyampaikan “makna” yang lebih dalam dari kata asli bahasa Ibrani yang mengungkapkan “simpati” yang dirasakan hati dan mengidentifikasikan diri dengan kesedihan dan kondisi fisik orang yang menderita. “Setelah Ia dekat pintu gerbang kota, ada orang mati diusung ke luar, anak laki2, anak tunggal ibunya yg sudah janda, dan banyak orang dari kota itu menyertai janda itu. Dan ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu berkata kepadanya: “Jangan menangis!”(ay 12-23). Mengapa pada saat itu Yesus begitu ketika Ia bertemu seorang janda dlm prosesi pemakaman yang diikuti banyak orang dalam perjalanan mereka ke kuburan? Yesus tidak hanya berduka atas kematian seorang anak muda sebelum waktunya itu, tetapi Ia juga menunjukkan kepedulian-Nya yang mendalam terhadap wanita yang kehilangan, tidak hanya suaminya, tetapi juga anak satu2nya. Satu-satunya jaminan utk kesejahteraan yang aman di zaman Alkitab adalah keluarga. Wanita ini tidak hanya kehilangan orang-orang yang dicintainya, tetapi juga keamanan dan penghidupannya di masa depan, karena dgn meninggalnya anak tunggalnya. Yesus tidak hanya memiliki belas kasihan terhadap janda yang kehilangan putra satu-satunya, tetapi juga memiliki kuasa supernatural yang luar biasa – yaitu kemampuan untuk memulihkan kehidupan dan membuat seseorang menjadi utuh kembali. Yesus, bagaimanapun, melakukan sesuatu yang pasti mengejutkan janda itu dan juga teman-temannya. Yesus mendekati usungan untuk melakukan kontak fisik dengan orang mati. Orang-orang Yahudi mengerti bahwa kontak dengan mayat membuat seseorang secara ritual najis atau tidak murni. Sentuhan fisik dan identifikasi pribadi Yesus dengan janda yg kehilangan putra satu-satunya tidak hanya menunjukkan belas kasihan atau “welas asih” dan kepedulian-Nya terhadap janda itu, tetapi juga menunjukkan keinginan-Nya untuk membebaskan semua orang dari kuasa dosa dan “korupsi moral”, dan bahkan kematian itu sendiri. “Sambil menghampiri usungan itu Ia menyentuhnya, dan sedang para pengusung berhenti, Ia berkata: “Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!” Maka bangunlah orang itu dan duduk dan mulai berkata-kata, dan Yesus menyerahkannya kepada ibunya”(ay 14-15). Kata perintah Yesus yang sederhana – “Anak muda, bangkitlah” – tidak hanya mengembalikannya ke kehidupan fisik, tetapi membawa kebebasan dan keutuhan bagi jiwanya dan juga tubuhnya. Mukjizat ini terjadi di dekat tempat di mana nabi Elisa membangkitkan putra ibu lain untuk hidup kembali (lihat 2 Raja-Raja 4: 18-37). Dengan kuasa sabda-Nya Dia memulihkan kehidupan demi seorang pemuda yang mati itu. Yesus adalah Tuhan bukan hanya bagi orang yang hidup, tetapi juga orang mati. Ketika Yesus mati di kayu salib untuk dosa-dosa kita, Dia juga menang atas kubur ketika Dia bangkit kembali pada hari ketiga, sama seperti yg telah Dia telah janjikan kepada murid-murid-Nya. Yesus berjanji kepada setiap orang yang percaya kepada-Nya, bahwa karena Ia hidup (dan tidak akan pernah mati lagi), kita juga akan memiliki hidup yang berkelimpahan dengan dan di dalam Dia sekarang dan selamanya (Yoh 14:19). Apakah Anda percaya kepada Tuhan Yesus untuk memberi Anda hidup yang berlimpah dan harapan yang kekal dalam menghadapi cobaan hidup, kemalangan, dan saat-saat putus asa? Semoga! “Tuhan Yesus, kehadiran-Mu yang menyembuhkan membawa hidup dan mengembalikan kami pada keutuhan pikiran, tubuh, dan roh. Bersabdalah kepada kami dan berilah kami harapan, kekuatan, dan keberanian baru untuk mengikuti Engkau di tengah-tengah kesedihan dan sukacita hidup ini. Amin.” Berkah Dalem.