Dalam Bacaan Injil hari ini, Luk 6:6-11, Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat. Apa maksud Allah untuk perintah ini, menjaga kekudusan hari Sabat (Keluaran 20: 8; Ulangan 5:12)? Para ahli Taurat dan orang-orang Farisi ingin menangkap Yesus dalam tindakan melanggar ritual hari Sabat sehingga mereka dapat menuduh-Nya melanggar hukum Allah. “Ahli2 Taurat dan orang2 Farisi mengamat-amati Yesus, kalau2 Ia menyembuhkan orang pada hari Sabat, supaya mereka dapat alasan utk mempersalahkan Dia”(ay 7). Dalam beberapa kesempatan Lukas mencatat bahwa Yesus tahu pikiran mereka. “Tetapi Ia mengetahui pikiran mereka,…”(ay 8). Mereka dipenuhi oleh amarah dan penghinaan terhadap Yesus karena mereka telah menempatkan pikiran mereka sendiri tentang benar dan salah melampaui Allah. Mereka terjerat dalam legalisme mereka sendiri karena mereka tidak mengerti atau melihat yg dimaksudkan oleh Allah. Yesus menunjukkan kepada mereka kekeliruan mereka dengan menunjukkan maksud Allah untuk hari Sabat yaitu: untuk berbuat baik dan menyelamatkan hidup daripada melakukan kejahatan atau untuk menghancurkan kehidupan. “Lalu Yesus berkata kepada mereka: “Aku bertanya kepada kamu: Manakah yg diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membinasakannya?”(ay 9). Mengapa orang Kristen merayakan hari Minggu sebagai Hari Tuhan? Yang paling penting kita merayakannya untuk memperingati pekerjaan penebusan Allah di dalam Yesus Kristus dan karya penciptaan yang baru yg dipenuhi melalui kematian dan kebangkitan Kristus (2 Kor 5:17). Tindakan Allah adalah teladan bagi kita. Jika Allah “beristirahat dan disegarkan” pada hari ketujuh, kita juga harus “beristirahat” dan membiarkan yang lain, terutama yang miskin, “disegarkan” juga (lihat Kel 31:17; 23:12). Mengambil “istirahat Sabat kita” adalah cara untuk mengungkapkan penghormatan kepada Allah atas semua yang telah Dia lakukan untuk kita. Namun, “istirahat” semacam itu tidak membebaskan kita dari cinta kita kepada sesama kita. Jika kita benar-benar mencintai Allah di atas segalanya, maka kasih Allah akan meluap untuk mencintai sesama juga. Santo Agustinus of Hippo (354-430 M) mengatakan: “Amal kasih adalah kebenaran yg mencari waktu luang yg suci; perlunya amal kasih adalah menerima pekerjaan yang adil.” Bagaimana kita dapat menjadikan hari Minggu sebagai hari suci bagi Allah? Pertama, dengan menahan diri dari pekerjaan yang tidak perlu dan dari kegiatan yang menghalangi ibadah kita kepada Allah. Kita juga dapat melakukan pekerjaan belas kasihan, seperti pelayanan yang sederhana utk orang sakit, menderita, dan orang yang terpinggirkan. Dan kita juga harus mencari relaksasi atau penyegaran pikiran dan tubuh. Sukacita Hari Tuhan adalah karunia yang luar biasa untuk menyegarkan dan menguatkan kita dalam kasih kita kepada Allah dan sesama (Nehemia 8:10). Apakah Anda tahu sukacita Tuhan dan apakah Anda menemukan istirahat dan penyegaran dalam merayakan Hari Tuhan? Semoga! “Tuhan Yesus, dalam kemenangan-Mu atas dosa dan kematian di kayu salib dan dalam kebangkitan-Mu, Engkau memberi kami jaminan untuk berbagi dalam Kerajaan sorga yang kekal. Ubahlah hati kami dengan kasih-Mu agar kami dapat dengan bebas melayani sesama kami demi kebaikannya dan menemukan sukacita dan penyegaran dalam perayaan hari Minggu sebagai Hari Tuhan. Amin.” Berkah Dalem.