Tuntutan Netizen

“Lalu sagat sedihlah hati raja, tetapi karena sumpahnya dan karena tamu-tamunya ia tidak mau menolaknya” (Markus 6:26)

Saya bukan tipikal orang yang cuek, dan bisa dibilang omongan orang cukup membuat saya merasa tidak nyaman. Pernah sekali waktu, ada seorang teman membelikan makanan untuk driver online yang mengantarkan pesanan makanannya. Niat baik teman saya ini agar si driver online juga bisa menikmati berbuka puasa (karena saat itu sedang puasa), namun siapa sangka tetap ada komentar miring mengenai teman saya, “Ya ampun, ketahuan kamu belikan untuk saya saja”.

Ketika saya mendengar komentar itu, saya malah merasa dan tidak enak, dan kikuk, namun berbeda halnya dengan teman saya. Ia dengan santai menjawab, ‘Apa kamu pantas bandingkan dirimu dengan driver online itu untuk dapat gratisan makanan yang saya belikan untuk dia ?

Cukup menampar ya ? Jawabannya membuat orang yang berkomentar terdiam, dan kembali malah saya yang merasa kikuk, takut dan tidak enak.

Lalu saya bertanya kepada teman saya “Apakah kamu tidak takut, teman mu itu marah sama kamu ?” dan dia menjawab “Kenapa dia harus marah?” Saya hanya menyampaikan kenyataannya. Uang ya uang saya , kalau saya mau, saya bisa juga mentraktir dia , tapi saya rasa Bapak driver itu lebih membutuhkannya. Kamu lihat sendiri kan wajahnya ketika menerima makanan tadi? Dia sudah besar, seharusnya bisa berfikir lebih dewasa dan tidak egois seperti itu.”

Bahkan tindakan dengan niat baik saja, tetap ada saja yang mengomentari miring, apa lagi tindakan yang tidak baik. Sering kali kita lebih mendengarkan apa yang dikatakan orang lain daripada apa yang memang harus dilakukan. Semoga kita mampu meneguhkan hati kita untuk bertindak yang benar dimata Tuhan dibandingkan dimata manusia.

Ditulis oleh Dwitiya Kusuma

Renungan ini ditulis oleh Tim Renungan Harian dari Katolikvidgram