Hari ini Gereja merayakan Peringatan Wajib Bunda Maria Ratu Rosari. Bacaan Injil hari ini, Luk 10:25-37 mengisahkan tentang Orang Samaria yg murah hati. Kisah ini sebagai jawaban Tuhan Yesus atas pertanyaan: “Dan siapakah sesamaku manusia?”(ay 29). Jika Allah itu Maha Pengasih dan Maha Penyayang, lalu mengapa ada begitu banyak penderitaan dan kejahatan di dunia ini? Banyak orang agnostik menolak untuk percaya kepada Allah karena masalah yang tampaknya tak dapat ditebak ini. Jika Allah itu cinta maka kejahatan dan penderitaan harus dihilangkan dalam segala bentuknya. Apa jawaban Tuhan terhadap dilema manusia ini? Perumpamaan Yesus tentang perampokan di jalan raya memberi kita petunjuk yang bermanfaat(ay 30-35). Yesus menceritakan kisah dramatis ini sebagai tanggapan terhadap seorang Yahudi yang saleh, ahli Taurat yang ingin memahami bagaimana menerapkan perintah kasih Allah yang besar dlm keadaan hidup sehari-harinya. Dalam banyak kata, orang Yahudi yang berpikiran religius ini berkata: “Saya ingin mencintai Tuhan Allah sebaik mungkin dan saya juga ingin mencintai sesamaku. Tetapi bagaimana saya tahu bahwa saya memenuhi tugas saya untuk mencintai sesama saya seperti saya sendiri(ay 27)?” Yesus pasti tersenyum ketika mendengar orang ini menantang-Nya untuk menjelaskan tugas seseorang terhadap sesama mereka. Bagi orang Yahudi yg percaya, hukum cinta itu jelas dan sederhana: “perlakukan sesamamu seperti halnya dirimu sendiri.” Masalah yg sebenarnya bagi orang percaya ini adalah pemahaman yang benar tentang siapa “sesamaku”. Dia mengerti “sesama” berarti sesama orang Yahudi yang memiliki perjanjian yang sama yang dibuat Allah dengan orang-orang Israel atau orang2 yg se-agama dengan mereka. Sampai pada titik tertentu, Yesus setuju dengan ahli Taurat yang tulus ini, tetapi, pada saat yang sama, Ia menantangnya untuk melihat bahwa pandangan Allah tentang sesama jauh melebihi definisi sempitnya. Cinta dan belas kasihan Allah meluas ke semua orang tanpa ada sekat2 atau kotak. Yesus menyampaikan perumpamaan itu untuk menunjukkan seberapa luas cinta dan belas kasihan Allah terhadap setiap sesama manusia. Kisah Yesus tentang perampokan di jalan raya yang brutal terlalu akrab bagi para pendengar-Nya. Jalan dari Yerusalem ke Yerikho melewati lembah berliku sempit yang dikelilingi oleh tebing berbatu yang curam(ay 30). Banyak orang Yahudi kaya dari Yerusalem memiliki rumah musim dingin di Yerikho. Jalan raya sempit ini berbahaya dan terkenal karena perampoknya yang dapat dengan mudah menyergap korban mereka dan melarikan diri ke bukit. Tidak ada orang waras yang berpikir untuk bepergian melalui jalan raya berbahaya ini sendirian. Jauh lebih aman untuk bepergian dengan orang lain demi perlindungan dan pertahanan. Apa yang diceritakan oleh Yesus tentang cinta sejati kepada sesama? Pertama, kita harus bersedia membantu orang lain bahkan jika orang lain itu membawa masalah pada diri mereka sendiri karena kesalahan atau kelalaian mereka sendiri. Kedua, cinta dan perhatian kita untuk membantu orang lain yang membutuhkan harus praktis dan nyata bukan “Omdo” omong doang. Niat baik dan menunjukkan belas kasihan, atau berempati dengan orang lain, tidak cukup. Dan terakhir, cinta kita kepada orang lain harus seluas dan seluas-luasnya seperti kasih Allah sendiri. Allah tidak mengesampingkan siapa pun dari perhatian dan kepedulian-Nya. Kasih Tuhan tidak bersyarat. Jadi kita harus siap untuk berbuat baik kepada orang lain demi mereka, sama seperti Tuhan Allah baik kepada kita. “Tuhan Yesus, semoga kasih-Mu selalu menjadi fondasi hidup kami. Bebaskanlah kami dari segala ketakutan dan kepentingan diri sendiri sehingga kami dapat dengan bebas memberikan diri kami dalam pelayanan cinta kasih kepada orang lain, bahkan sampai menyerahkan hidup kami demi mereka. Amin.” Selamat Pesta Bunda Maria Ratu Rosari. Berkah Dalem.