Hari ini kita merayakan Santo Yusuf, suami Santa Perawan Maria, Bapak Yesus sendiri. Santo Yusuf seorang yang tulus hati, Ia memainkan peran besar dan tak tergantikan dalam kehidupan Yesus yang adalah Putra Allah itu. Ketulisan Yusuf yang memungkinkan dia dan kebesaran hatinya mendengarkan Sabda Tuhan untuk mengambil Maria sebagai istrinya. Karena ketulusan hatinya, dia berani mempertaruhan harga dirinya dengan menikahi Maria, yang mengandung Anak yang bukan buah dari perkawinannya. Sedari awal Yusuf telah mengetahui bahwa Yesus yang bukan buah dari perkawinannya itu pun tidak akan pernah menjadi miliknya sendiri, karena Yesus memang diperuntukkan bagi keselamatan banyak orang.
Yusuf sukses menunaikan tugasnya sebagai suami Maria dengan bermodalkan ketulusan. Perayaan Santo Yusuf pada hari ini harus menjadi perayaan kemenangan ketulusan hati. Orang yang tulus hari mampu memikul dengan tenang tanggungjawab yang besar dan yang dipandang sulit sekali oleh kebanyakan orang. Dunia kita pada saat ini dilanda kekurangan orang yang tulus hati. Hidup manusia kini lebih banyak digerakkan oleh gengsi dan pamrih. Santo Yusuf bisa dijadikan model apabila kita mau membangun sebuah kehidupan yang tenang dan damai, namun penuh dedikasi, pelayanan dan tanggungjawab.
Santo Yusuf tampaknya sudah dari ‘sono’nya dipanggil sebagai tokoh orang beriman yang diam, rela dibelakang dan rela tidak dikenal. Dalam Injil hari ini jelas sekali betapa Yusuf tidak pernah bicara. Ia tampil sebagai tokoh yang diam. “Diam” disini bukan diam karena marah, tetapi diam sebagai tanda ketulusan hati, ketaatan dan kepatuhan yang tanpa cela karena iman yang mendalam akan Kristus. Ia bekerja sesuai dengan panggilan dan perutusannya sebagai bapak dan kepala keluarga kudus Nazaret.
Marilah kita pada perayaan Santo Yusuf ini kita berdoa khusus bagi para suami agar diberi inspirasi dan kekuatan untuk mewarisi ketulusan hati dan kesetiaan yang dimiliki Santo Yusuf. Marilah juga kita berdoa bagi para istri agar menjadi pasangan yang tulus hati bagi suami mereka yang berjuang dijalan ketulusan. Apabila ketulusan hati menjiwai hidup suami dan istri, keluargapun manjadi bahagia dan sejahtera.