Orang tua mana yang tidak was-was kalau mendengar anaknya sakit. Apalagi sakit anaknya itu agak parah, bahkan dikatakan dalam injil hari ini “anaknya itu hampir mati”. Orang tua yang tahu bahwa anaknya sakit dan mencintai anaknya tentu akan segera berusaha semaksimal mungkin dan (dengan segala kemampuannya) berusaha agar anaknya sembuh. Pegawai istana yang diceritakan di perikop hari ini, mencari Yesus. Ketika bertemu, ia mengajukan permohonan demikian kepada Yesus, “Tuhan, datanglah sebelum anakku mati.”

Kata “datanglah” merupakan suatu permohonan atau ajakan. Suatu permohonan kepada Tuhan agar anaknya disembuhkan. Namun, permohonan itu mengandaikan suatu kepercayaan. Tanpa iman, tanpa kepercayaan, tentu tidak terjadi mukjizat kesembuhan. Kiranya hal ini juga sama bila para pasien yang ada di rumah sakit itu tidak percaya atau tidak yakin pada dokter yang merawatnya. Apalagi kalau tidak menyakini bahwa obat yang diminumnya bakal menyembuhkan. Ternyata, situasi dari dalam diri orang yang mau “disembuhkan” atau yang minta disembuhkan (entah dirinya atau orang di luar dirinya) mempengaruhi penyembuhan itu sendiri. Yesus berkali-kali dalam membuat mukjizat selalu menuntut iman, entah kepada orang yang bersangkutan atau orang-orang yang membawa orang yang sakit.

Percaya bukan hanya menyangkut “melihat” atau tidak. Orang yang melihat mukjizat belum tentu langsung percaya (sekalipun ia adalah seorang imam). Justru manusia itu makhluk terbatas, maka ia pun terbatas dalam hal-hal yang supranatural, hal-hal yang melebihi dirinya, kemampuannya, perasaannya, dan sebagaianya. Iman adalah suatu rahmat, gratia, artinya pemberian secara cuma-cuma dari Allah. Orang bisa memohonnya, namun tidak bisa “memaksanya”. Justru apa yang kita punya saat ini hendaknya juga kita bagikan kepada orang lain secara cuma-cuma.

Hari ini, satu lagi mukjizat yang dilakukan Yesus yaitu menyembuhkan anak pegawai istana. Jelas bahwa Yesus hadir pada setiap orang, baik yang sudah dikenal maupun yang belum. Yesus hadir dan memberikan kasih-Nya tanpa memandang kedudukan dan derajat seseorang. Karena Yesus hanya menginginkan satu hal dari kita yaitu percaya.

Dalam hidup harian kita tentunya kita pernah meragukan orang yang kita anggap biasa-biasa saja. Bahkan bila orang tersebut melakukan sesuatu yang kita anggap ia tidak bisa melakukannya, spontan kita mengatakan itu tidak mungkin. Kita mudah percaya dan bangga pada orang yang kita anggap memiliki pengaruh dalam masyarakat. Kita lupa bahwa banyak orang yang bisa melakukan hal-hal yang luar biasa bila diberi kesempatan dan kepercayaan. Hendaknya kita berani mengubah pola pikir kita agar bisa memberikan kesaksian yang baik pada orang lain, hendaknya juga kita berani memberikan kepercayaan dan kesempatan kepada orang lain agar orang lain juga dapat berkembang dan berbuah.