Santo Damian adalah seorang imam religius Kongregasi SSCC yang fenomenal dan inspiratif. Kisah hidup dan pelayananya di tengah orang kusta membuat saya selalu mengangguminya dan memberi inspirasi dalam perjalanan hidup saya. Ia adalah seorang imam religius yang menghayati kasih dan pemberian diri yang total dengan cara yang luar biasa. Kasih dan pemberian diri yang total itupun mengantarnya pada kematian di tengah-tengah orang kusta. Namun berkat kesaksian hidupnya, menjadi ia seorang tahanan di surga. Ia telah menghayati apa yang dikatakan oleh Yesus: “Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya (Yoh 15:13)”.

Pastor Damian, sscc lahir dan dibesarkan dari sebuah keluarga yang sederhana. Ia masuk novisiat SSCC di Leuven, Belgia. Banyak para senior yang menganggap ia tidak pantas menjadi calon imam karena pendidikanya yang  kurang.  Meskipun demikian, ia tidak putus asa melainkan terus berjuang dan percaya pada Penyelengarahan Ilahi. Akhirnya ia pun diijinkan menjadi imam. Selama menjadi seorang imam, satu keinginan yang besar dalam dirinya adalah menjadi misionaris. Keinginan itupun terjawab ketika ia diutus menjadi misionaris di Hawai. Pada tahun 1865 di Hawai banyak orang yang menderita penyakit kusta. Karena takut oleh penyebaran wabah kusta tersebut, pemerintahan Hawai mengambil tindakan pencegahan dengan cara mengasingkan para penderita kusta ke pengasingan di Molokai. Mereka diberi persediaan makanan tetapi tidak ada yang mengurus kehidupan mereka. Bahkan pemerintah menyuruh para penderita untuk berjuang sendiri. Melihat situasi tersebut Uskup turut prihatin dan meyakini bahwa bagaimanapun juga penderita kusta membutuhkan imam untuk melayani kebutuhan mereka namun ia sadar bahwa jika ia menugaskan secara resmi imam untuk tugas itu sama halnya dengan mengutus orang untuk mati. Pastor Damian adalah sukarelawan pertama untuk pergi ke tengah orang-orang kusta. Pada 10 Mei 1873 ia sampai di Molokai. Di sana ia mulai melayani mereka dengan membersihkan luka, membangun rumah dan tempat tinggal, membuat peti mati, serta menggali kubur. Karena Kasih dan pengorbanan itu, akhirnya Pastor Damian menderita penyakit kusta dan meninggal dunia pada tanggal 15 April 1889 pada umur 49 tahun. Ia dimakamkan di bawah pohon Pandanus tempat di mana ia pertama kali tidur saat baru tiba di Molokai. Pada Juni 1995, Paus Yohanes Paulus II membeatifikasi Pastor Damian dan secara resmi memberi gelar spiritual “Yang Terberkati”. Pada tanggal 11 Oktober 2009, Pastor Damian dikanonisasi oleh Paus Benediktus XVI.

Dalam nuansa retret bersama anggota sscc Spanyol selama tiga hari sebelum Asembly, Salah satu teks yang direnungkan adalah Mrk 6: 30-44. Teks tersebut berbicara mengenai Yesus memberi makan lima ribu orang. Kisah tersebut berawal dari para Rasul yang berkumpul dan memberitahukan kepada Yesus segala sesuatu yang mereka kerjakan dan ajarkan. Yesus pun mengajak mereka untuk pergi ke tempat sunyi dan beristirahat sejenak dengan menggunakan perahu. Tetapi setelah mendarat, Yesus tergerak hati oleh belas kasihan kepada banyak orang yang berkumpul karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Yesus pun mengajarkan banyak hal kepada mereka. Pada waktu hari sudah malam, murid-murid Yesus mulai kuatir dan mengatakan kepada Yesus untuk menyuruh banyak orang itu pergi supaya mereka bisa membeli makanan di kampung-kampung. Tetapi Yesus menjawab: “Kamu harus memberi mereka makan! Murid-Murid pun menanggapi Yesus bahwa apakah kami harus membeli roti seharga dua ratus dinar untuk memberi mereka makan? Yesus bertanya lagi, berapa banyak roti yang ada padamu? Murid-murid-Nya berkata hanya ada lima roti dan dua ikan. Yesus mengambil roti dan ikan itu, mengucap berkat, memecah-mecahkan roti itu, memberikan kepada murid-murid-Nya untuk dibagi-bagikan kepada orang-orang itu. Akhirnya terdapat sisa potongan roti sebanyak dua belas bakul.

Seringkali dalam perjalanan hidup, kita mengalami situasi sebagaimana yang dialami oleh murid-murid Yesus. Mereka menghadapi suatu kenyataan dimana mereka tidak bisa menemukan solusi. Peristiwa itu terjadi ketika para rasul tidak bisa memberi makan banyak orang karena yang ada pada mereka hanya lima roti dan dua ikan. Karena tidak menemukan solusi, mereka pun mengatakan kepada  Yesus untuk menyuruh banyak orang itu pergi supaya mereka bisa membeli makanan di kampung-kampung. Demikian juga ketika kita mengalami suatu peristiwa (baik dalam hidup kita sendiri atau pun terkait dengan orang lain) dimana kita tidak menemukan sebuah solusi, terkadang kita menyerah, putus asa, cuek, mendiamkan saja, dan bahkan menghindar dari peristiwa tersebut. Dengan kata lain, kita tak mau ingin merepotkan diri atau tidak ingin mengambil bagian dalam kesulitan hidup orang lain karena kita tidak dapat menemukan solusi. Dan jika itu terkait dengan hidup kita masing-masing, kita mudah putus asa bahkan sampai pada hal yang lebih ekstrim adalah bunuh diri. Pertanyaan selanjutnya adalah mengapa orang yang tidak bisa menemukan solusi (seperti para murid Yesus) mudah untuk menyerah dan tidak mau melakukan sesuatu? Dalam kisah tersebut, kita menemukan bahwa murid-murid Yesus hanya memiliki lima roti dan dua ikan. Maka dari itu, mereka berpikir bahwa tidak cukup bagi banyak orang. Ini adalah sebuah alasan yang wajar bahwa ketika kita hanya memiliki lima roti dan dua ikan, tidak mungkin kita bisa memberi makan lima ribu orang. Namun demikian, ketika kita lebih mendalam daripada sekadar yang wajar, kita menemukan bahwa sebenarnya alasan utama mengapa para murid mengatakan kepada Yesus untuk menyuruh orang banyak itu pergi karena mereka tidak memiliki belas kasihan. Dalam teks tersebut, kita menemukan bahwa ketika para murid dan Yesus berjumpa dengan orang banyak, hanya Yesus yang tergerak hati oleh belas kasihan kepada banyak orang tersebut seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Belas kasihan ini lah yang membuat Yesus tidak lagi memikirkan keterbatasan dan kekurangan mereka. Hanya mereka yang memiliki belas kasihan yang bisa melakukan sesuatu meskipun mereka tidak menemukan solusi. Dengan kata lain, banyak hal kita tidak punya solusi tetapi ada sesuatu yang bisa kita lakukan. Semuanya itu karena keutamaan hidup yang dimilikinya. Hanya orang yang memiliki belas kasihan yang bisa melakukan sesuatu bagi mereka yang miskin, sakit, menderita, meskipun dia tidak mempunyai uang atau harta. Hal itulah yang diteladankan oleh Pastor Damian, sscc. Ia bukan berasal dari keluarga yang kaya. Ia juga bukan seorang pengusaha. Bahkan mungkin ia juga tidak memiliki uang di dompetnya. Tetapi Pastor Damian hanya bermodalkan kaul-kaul religius (kemurnian, ketaatan, dan kemiskinan). Rahmat tahbisan yang ia terima menjadikan dia sebagai “in persona christi”. Kasih Kristus itualah yang diwartakan di tengah-tengah orang kusta. Pastor Damian mungkin saja berpikir bahwa ia tidak mampu dan tidak mempunyai solusi berhadapan dengan orang-orang kusta karena bisa jadi ia hanya memiliki “lima roti dan dua ikan”. Tetapi karena kasih Kristus yang tertanam dalam dirinya dan nilai-nilai hidup religius yang dihayatinya membuat ia mampu melakukan sesuatu. Banyak hal dalam persoalan orang kusta di mana ia tidak menemukan solusi, tetapi karena imannya akan Kristus yang mengasihi tanpa batas, membuat Pastor Damian mampu melakukan sesuatu bagi orang-orang kusta.

Akhirnya pertanyaan Yesus bagi kita: berapa banyak roti yang ada padamu? mungkin di antara kita ada yang hanya memiliki satu roti, atau lima roti, atau sepuluh roti. Tetapi juga mungkin ada yang tidak memiliki roti sama sekali. Kita seringkali mengeluh dengan keterbatasan dan ketidakmampuan kita yang akhirnya membuat kita tidak bisa melakukan sesuatu bahkan menolaknya. Kita menolak karena kita merasa diri tidak mampu atau mengalami keterbatasan. Akan tetapi hal yang terpenting dalam hidup bukan tergantung pada seberapa banyak kamu memiliki roti tetapi sejauh mana kita memiliki rasa belas kasihan, kepedulian, cinta kasih, dll. Karena hanya orang yang memiliki keutamaan yang bisa melakukan sesuatu meskipun ia menemukan dalam banyak dimana tidak ada solusi. Sebagaimana Yesus Kristus yang melakukan sesuatu bagi banyak orang meskipun yang ada hanya lima roti dan dua ikan. Semuanya itu karena belas kasihan yang mampu mengubah segalanya. Begitu pun dengan Pastor Damian yang hidup dan matinya di tengah-tengah orang kusta. Sekali lagi: “Banyak hal kita tidak punya solusi tapi ada sesuatu yang bisa kita lakukan karena keutamaan yang tertanam dalam hati kita” Tuhan memberkati.