Dalam Bacaan Injil hari ini, Luk 15:1-10 Tuhan Yesus menyampaikan dua perumpamaan untuk menanggapi sikap orang2 Farisi dan para ahli Taurat yg bersungut-sungut karena melihat Yesus bergaul dgn orang2 berdosa. Yg pertama Perumpamaan tentang domba yg hilang (ay 1-7) dan yg kedua Perumpamaan tentang dirham atau koin yg hilang (ay 8-10). Apakah kita pernah merasa kesal atau marah ketika orang lain diperlakukan lebih baik daripada yang kita pikir tdk sepantasnya? Para ahli Taurat dan orang-orang Farisi sangat tersinggung oleh Yesus karena Ia pergi untuk bertemu dengan orang-orang berdosa dan Ia memperlakukan mereka sebagai sahabat2-Nya. “Para pemungut cukai dan orang2 berdosa biasanya datang kepada Yesus utk mendengarkan Dia. Maka bersungut-sungutlah orang2 Farisi dan ahli2 Taurat, katanya: “Ia menerima orang2 berdosa dan makan bersama-sama dgn mereka”(ay 1-2). Orang-orang Farisi memiliki peraturan ketat tentang bagaimana mereka harus dijauhkan dari orang berdosa. Mereka tidak akan mempercayakan uang mereka kepada orang berdosa atau melakukan urusan bisnis dengan mereka, atau mempercayai mereka dengan rahasia, atau mempercayakan anak yatim kepada asuhan mereka, atau menemani mereka dalam perjalanan, atau memberikan anak perempuan mereka dalam pernikahan ke salah satu putra mereka, atau mengundang mereka sebagai tamu atau menjadi tamu mereka. Apakah kita menghakimi orang lain dengan belas kasihan atau penghinaan – dengan kebaikan atau kekasaran? Orang-orang Farisi terkejut dan heran ketika mereka melihat Yesus dengan bebas bertemu dengan orang-orang berdosa dan bahkan pergi ke rumah mereka untuk makan bersama mereka. Banyak orang berdosa dan orang “buangan” dari masyarakat tertarik kepada Yesus untuk mendengar Dia berbicara tentang belas kasihan Allah dan tawaran hidup baru dan persahabatan di Kerajaan Allah. Ketika orang-orang Farisi mulai mempertanyakan motif dan praktik Yesus untuk bergaul dengan orang berdosa dan orang buangan, Yesus menjawab dengan memberi mereka dua perumpamaan tentang domba yang hilang dan koin atau dirham yang hilang untuk menantang cara mereka menghakimi orang berdosa dan menghindari kontak dengan mereka. Apa artinya perumpamaan yg disampaikan Yesus tentang domba yang hilang dan koin yang hilang? Pada zaman Yesus, para gembala biasanya menghitung domba-domba mereka pada akhir hari untuk memastikan semua diperhitungkan dan tdk ada yg hilang. Karena sifatnya sangat sosial, domba yang terisolasi dapat dengan cepat menjadi bingung dan bahkan neurotik. Kesedihan dan kecemasan gembala berubah menjadi sukacita ketika dia menemukan domba yang hilang dan mengembalikannya ke kandang (ay 5-6). Seorang ibu rumah tangga yang kehilangan koin menghadapi bencana ekonomi, karena nilai koin itu setara dengan upah kerja sehari suaminya. Apa yang akan dikatakannya kepada suaminya ketika suaminya pulang kerja? Mereka miskin dan akan sangat menderita karena kehilangan itu. Kesedihan dan kegelisahannya berubah menjadi sukacita ketika dia menemukan koin itu(ay 9). Baik gembala dan ibu rumah tangga “mencari sampai yg hilang itu mereka temukan kembali.” Kegigihan mereka terbayar. Mereka berdua secara naluriah berbagi kegembiraan mereka dengan seluruh komunitas(ay 6 dan 9). Orang miskin khususnya pandai berbagi dalam kesedihan dan juga kegembiraan satu sama lain. Apa yang baru dari pengajaran Yesus adalah desakan agar orang berdosa harus dicari dan tidak hanya diratapi. Allah tidak bersukacita karena kehilangan seorang pun, tetapi menginginkan agar semua diselamatkan dan dipulihkan untuk bersekutu dengan-Nya. Itulah sebabnya seluruh komunitas sorga bersukacita ketika satu orang berdosa ditemukan dan dipulihkan untuk bersahabat dengan Allah(ay 7 dan 10). Para pencari yang hilang sangat dibutuhkan pada saat ini. Apakah kita terus-menerus berdoa dan mencari mereka yang kita kenal yang telah kehilangan jalan mereka kepada Allah? Semoga! “Tuhan Yesus, biarkanlah cahaya-Mu menghilangkan kegelapan agar apa yang hilang dapat ditemukan dan dipulihkan. Biarkanlah cahaya-Mu menyinari kami agar orang lain dapat melihat cinta dan kebenaran-Mu serta menemukan harapan dan kedamaian di dalam Engkau. Semoga kami tidak pernah meragukan cinta-Mu atau tidak merasa “aji mumpung” atas rahmat yang telah Engkau anugerahkan kepada kami. Penuhilah kami dengan cinta-Mu yang transformatif dan semoga kami berbelas kasihan seperti Engkau berbelas kasih. Amin.” Berkah Dalem.