Dalam hidup sehari-hari di tengah masyarakat, sebagai pengikut Kristus kadang kita merasa diperlakukan secara diskriminatif/berbeda oleh orang lain yang nonkristen. Berbagai peluang yang kita miliki untuk maju (dalam karier/berprestasi di tempat kerja, kesempatan untuk studi, keinginan untuk membangun gedung gereja, bahkan dalam niat untuk melakukan kegiatan sosial, dan lain-lain) sering sirna, tanpa alasan yang masuk akal. Kenyataan semacam itu tidak jarang membuat kita berkecil hati untuk bermasyarakat.

Dalam Injil hari ini, Yesus menyatakan diriNya sebagai terang. Berkat peristiwa Paska, pernyataan Tuhan itu menjadi lebih mudah dimengerti maksudnya. Ketika Ia menjalani kesengsaraan dan memanggul salibNya menuju Bukit Golgota serta akhirnya wafat, sebenarnya Ia sedang memasuki salah satu sisi tergelap dari kehidupan seorang manusia. Peristiwa Paska Yesus membuka tabir kegelapan kehidupan manusia sekaligus semakin menyakinkan kita bahwa Yesus Sang Terang kehidupan.

Tuhan Yesus adalah pribadi yang penuh percaya diri. Sebagai pengikutNya, kita juga dipanggil olehNya untuk percaya diri. Bukankah Ia pernah bersabda, “kamu adalah garam dan terang dunia!”. Oleh karena itu tidak perlu kita merasa kecil atau minder hidup di tengah-tengah masyarakat Indonesia yang majemuk ini. Sebagai “garam” dan “terang” dalam masyarakat, barangkali peran dan sumbangan kita tidak besar, namun sumbangan kita itu mampu “mencegah rasa hambar”, mampu “memberikan rasa aman” ataupun “sedikit memberi cahaya dalam kegelapan” di tengah-tengah masyarakat kita.

DOA:

Tuhan Yesus berilah aku rahmatMu agar aku selalu dapat menjadi muridMu yang setia dan berani menjadi saksiMu ditengah dunia masa kini. Amin.