Dalam Bacaan Injil hari ini, Mat 7: 6 dan 12-14 berbicara dua hal: Hal yg kudus dan berharga (ay 6) dan Jalan yg benar (ay 12-14). Apa yang dapat diajarkan oleh perumpamaan mutiara dan pintu sempit kepada kita tentang kebenaran dan kekudusan Allah? Di dunia kuno mutiara sangat berharga dan bahkan dianggap tak ternilai harganya. Mutiara2 itu dikenakan sebagai perhiasan berharga untuk membuat seseorang tampak lebih cantik dan tampil luar biasa untuk dipandang. Kekudusan, juga, adalah permata yang sangat berharga yang memancarkan keindahan kebenaran, kebaikan, dan kemuliaan Allah. Allah menawarkan kepada kita hadiah berharga dari kekudusan-Nya sehingga kita dapat memancarkan kemegahan kebenaran dan kebaikan-Nya dengan cara kita berpikir, berbicara, bertindak, dan memperlakukan orang lain. Kita dapat menolak atau mengabaikan karunia besar ini, atau lebih buruk lagi, kita dapat mencampakkannya ke dalam lumpur perilaku berdosa atau membuangnya. Mengapa Yesus membedakan kekudusan dan mutiara dengan anjing dan babi (ay 6)? Beberapa hal tampaknya tidak bercampur atau menyatu, seperti api dan air, panas dan es, keringat dan parfum, udara murni dan uap beracun, pakaian yang baru dibersihkan dan limbah yg kotor. Kitab Talmud, yaitu komentar rabi tentang Kitab Suci Yahudi, menggunakan ungkapan pepatah untuk sesuatu yang nampak tidak sesuai atau tidak pada tempatnya: cincin telinga dalam moncong babi. Ungkapan Yesus tentang “mutiara di depan babi” dan “tidak memberi anjing apa yang kudus” sangat mirip dalam pemikiran (ay 6). Hukum Yahudi menganggap babi sebagai haram. Anjing liar juga diperlakukan sebagai tidak layak untuk betkontak manusia, sangat mungkin karena mereka kotor, tidak terurus, penuh kutu, dan rentan untuk menyerang atau menyebabkan masalah. Yesus juga menggunakan ilustrasi atau gambaran kedua, yaitu tentang pintu atau gerbang sempit yang membuka jalan menuju kehidupan yang aman dan bahagia (ay 13-14) untuk memperkuat pengajaran-Nya tentang memilih suatu jalan sejati yang mengarah pada perdamaian dengan Allah daripada yg pemisahan dan penghancuran. Kitab Mazmur dimulai dengan gambar seseorang yang telah memilih untuk mengikuti jalan orang-orang yang bijaksana dan taat kepada firman Allah dan yang menolak untuk mengikuti jalan orang-orang yang berpikir dan bertindak bertentangan dengan hukum Allah: “Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, tidak berdiri di jalan orang berdosa, atau yg duduk dalam kumpulan pencemooh; tetapi kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yg merenungkan Taurat itu siang dan malam” (Mzm 1: 1-2). Ketika sebuah jalan menyimpang, seperti persimpangan jalan, setiap jalan mengarah ke tujuan yang berbeda. Ini terutama benar ketika kita menghadapi persimpangan jalan kehidupan di mana kita harus membuat pilihan yang akan mempengaruhi bagaimana kita akan menjalani hidup kita. Apakah pilihan yang kita buat membantu kita bergerak menuju tujuan mengasihi Allah dan menaati kehendak-Nya?
Tuhan Yesus memberi kita kebebasan untuk memilih ke mana kita akan pergi. Mintalah kebijaksanaan dari-Nya untuk mengetahui jalan mana yang akan mengarah pada kehidupan dan bukan kepada kerusakan dan kehancuran. “Ingatlah, Aku menghadapkan kepadamu hari ini kehidupan dan keberuntungan, kematian dan kecelakaan … Karena itu pilihlah kehidupan yang kamu dan keturunanmu dapat jalani” (Ul 30: 15-20). “…pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah (Yos 24:15). “Sesungguhnya, Aku menghadapkan kepada kamu jalan kehidupan dan jalan kematian” (Yer 21: 8). Jika kita membiarkan cinta dan kebijaksanaan Allah menguasai hati kita, maka kita dapat memercayai bimbingan dan bantuan-Nya untuk mengikuti jalan kasih, kebenaran, dan kekudusan-Nya. “Biarkanlah kami mencintai-Mu, ya Allah Tuhan kami, dan lihatlah diri kami apa adanya – seorang peziarah di dunia ini, seorang Kristen yang dipanggil untuk menghormati dan mencintai semua kehidupan yg kami sentuh, mereka yang berkuasa atas kami atau mereka yang di bawah otoritas kami, teman-teman dan musuh-musuh kami. Bantulah kami untuk menaklukkan kemarahan dengan kelembutan, keserakahan oleh kemurahan hati, apatis dengan semangat. Bantulah kami untuk melupakan diri sendiri dan menjangkau orang lain. Amin.” (Doa St. Clement XI dari Roma). Berkah Dalem.