Kemudian, ketika Yesus pergi ke luar, Ia melihat seorang pemungut cukai, yang bernama Lewi, sedang duduk di rumah cukai. Yesus berkata kepadanya: “Ikutlah Aku!” Maka berdirilah Lewi dan meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Dia. Dan Lewi mengadakan suatu perjamuan besar untuk Dia di rumahnya dan sejumlah besar pemungut cukai dan orang-orang lain turut makan bersama-sama dengan Dia. Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat bersungut-sungut kepada murid-murid Yesus, katanya: “Mengapa kamu makan dan minum bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?” Lalu jawab Yesus kepada mereka, kata-Nya: “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat.”

Pepatah mengatakan, “Semut disebrang laut tampak, sedangkan gajah di kelopak mata tidak tampak!” . Dengan mudahnya kita mengecam orang kejahatan orang-orang disekitar kita. Sementara itu, betapa sulitnya kita bercermintentang diri kita sendiri, yakni melihat cacat cela yang ada di dalam diri, didalam hati, dan di dalam jiwa kita. Pada dasawarsa terakhir ini, betaapa sangat mudah dan beraninya kita menyalahkan orang lain, tidak terkecuali pemerintah kita.

Bukan saatnya lagi untuk sekedar berdebat mengenai sikap tobat yang benar atau mencari siapa yang salah dan benar, namun harus mulai bertindak menuju kepada yang baik dan benar. Sikap dasar yang Tuhan tunjukkan kepada kita bisa kita landaskan pada firman Tuhan: “Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa supaya mereka bertobat.” Dipanggil untuk bertobat menjadi landasan hidup kita sebagaimana ditulis oleh Santo Lukas dalam Injil hari ini.

Tuhan memanggil siapa saja yang dikehendakiNya, pemungut cukai, penganiaya, pengusaha, guru, pegawai, bahkan anak bakulpun bisa jadi rasul, kalau hati terbuka pada karya rahmat Allah. Kalau Tuhan telah memikat maka Rahmat-Nya membebaskan dari segala halangan dan rintangan.

Perjumpaan Lewi dengan Yesus amat mengesan bagi Lewi sampai-sampai ia mengundang Tuhan Yesus untuk makan dirumahnya. Saking gembiranya pada hari itu, Lewi juga mengundang teman-temannya untuk bergabung dalam makan bersama itu. Perjumpaan dengan Tuhan Yesus telah mengubah hidupnya. Ia meninggalkan kesibukan lamanya sebagai pengumpul pajak kemudian menjadi salah seorang pengikut yang menemani Yesus berkeliling tanah Galilea dan Yudea.

Lewat Injil hari ini kita diajak untuk melihat diri kita, seberapa jauh aku telah berubah sejak aku mengenal dan menjadi pengikut Tuhan Yesus?. Setiap kita dipanggil Tuhan Yesus untuk mengikuti-Nya, namun bagaimana respon kita terhadap panggilan-Nya? Apakah kita merespon seperti Lewi atau kita mengabaikan panggilan Tuhan dan tetap sibuk dengan aktivitas yang sedang kita lakukan? Kita diantar untuk memaknai arti pantang dan puasa didalam terang Injil hari ini, ketika Yesus pun mau bersinggungan dengan orang berdosa: bukan hanya Dia dekati, berpesta bersama mereka, tetapi juga memanggil dia, memanggil mereka, untuk suatu kesempurnaan hidup yang ditawarkan.