Biasanya anak seorang pejabat penting merasa bangga dengan kedudukan orang tuanya, dan cenderung menjadi sombong serta mengambil keuntungan dari kedudukan orang tuanya itu. Sebaliknya kalau anak itu diminta melaksanakan harapan orang tuanya demi nama baik keluarga dan sikap kasihnya pada keluarga, sering malah dirasakan sebagai beban berat. Sikap Yesus lain sekali. Seluruh hidup-Nya untuk melaksanakan kehendak Bapa-Nya dengan sangat rela supaya Bapa dimulaikan oleh setiap manusia. Yesus tidak mencari keuntungan dari kedudukan-Nya yang dekat dengan Bapa, sebaliknya Ia taat melaksanakan kehendak Allah, BapaNya, agar Allah dipermuliakan didalam Dia.
Melalui baptisan, kita telah diangkat menjadi anak Allah. Bagaimana kita menempatkan diri dalam hidup ini sesuai status baru ini? Apakah hidup kita sungguh mencerminkan diri sebagai anak yang mau melaksanakan harapan Allah? Apakah Allah dimuliakan dalam kehidupan kita setiap hari?
Ketakutan adalah penjara yang dibangun oleh diri kita sendiri. Penjara itu menghalangi kehendak Allah yang datang kepada kita. Jika seseorang sedang mengalami penderitaan, ia tidak tumbuh, melainkan takut terhadap apa yang sedang dialaminya atau bagaimana kemuliaan Allah akan dinyatakan. Yesus juga mengalami perjalanan hidup yang penuh kesedihan dan ketakutan. Ia menerima penderitaan dan kematian-Nya sebagai bagian dari pola perubahan hidup-Nya. Pengikut-Nya pun akan mengalami hal yang sama. Kita juga akan ditimpa kesusahan, kesedihan, frustasi, dan penderitaan lain. Ini menjadi bagian dari pertumbuhan kita. Kalau kita menjadi orang seperti yang dimaksud Tuhan, itu berarti kita sudah menunjukkan kemuliaan atau kebaikan Allah.
DOA:
Ya Bapa, Yesus, Putra-Mu terkasih telah memberikan teladan memberi teladan menjadi putra-putri-Mu. Berilah aku hati yang baik dan taat pada kehendak-Mu, agar hidupku dapat berkenan pada-Mu. Amin.