Yesus menginginkan kita bersatu dalam kasihNya, sama seperti Dia dan BapaNya. Oleh karena itu Dia menyediakan sakramen dan sakramentali yang sangat lengkap bagi kehidupan rohani kita. Gereja kita amat kaya dengan sarana yang membawa umatnya untuk meraih kekudusan sehingga bisa bersatu dengan Allah.
Persatuan inilah yang dicita-citakan oleh Allah ketika menciptakan manusia, seperti dikatakanNya, “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita” (Kej 1:26). Sehingga ketika manusia jatuh dalam dosa, Allah dengan segala cara berusaha untuk mengembalikan harkat kehidupan kudus dengan Imamat Rajawi Kristus yang mengurbankan DiriNya sendiri, mengalirkan DarahNya dan menderita di kayu salib.
Kekuatan doa Yesus telah menembus jauh ke dalam diri tiap murid yang di kasihiNya. Dalam perikop renungan hari ini kelihatan jelas bahwa Yesus sungguh-sungguh menginginkan persatuan kasih dengan Bapa dan kasih Bapa di dalam diri para murid. Ternyata doa Yesus ini sungguh dapat kita lihat buahnya dalam diri Paulus.
Doa Yesus dan persatuanNya dengan BapaNya tidak menjanjikan keberhasilan setiap saat dan dimana-mana. Justru doa Yesus itu menjamin bahwa dalam keadaan apa saja (sukses atau gagal), orang tetap beriman dan mempunyai kekuatan. Doa Yesus memampukan kita untuk bangkit dan tetap tabah dikala “jatuh”, kesepain, ditolak, atau dianiaya. Pada saat sukses, bahagia, doa Yesus membuat diri kita tidak lupa daratan, tidak lupa akan orang-orang di sekitarnya yang sedang menderita.
Doa Yesus membuat kita untuk tetap waspada dan rendah hati. Dalam kesadaran seperti ini, kita akan semakin memahami pentingnya saat hening, waktu doa, bacaan rohani, dan sendiri bersama Tuhan. Allah sangat mencintai kita tanpa syarat dan menghendaki kita bahagia dalam persatuan denganNya.
DOA:
Yesus, sadarkanlah aku untuk selalu mengikuti jalanMu, kuatkanlah aku untuk selalu hidup baik.