Paskah senantiasa membawa makna baru, senantiasa juga membarui hidup kita sebagai orang beriman. Pembaruan hidup itu yang diharapkan membawa perubahan dalam hidup kita, paling tidak membawa penyegaran dalam perjuangan kita sebagai orang beriman. Hidup baru bukan berarti semuanya serba baru, dari yang tidak ada menjadi serba ada, dari yang miskin menjadi kaya, dari yang sakit parah menjadi sembuh total. Jika terjadi demikian, kita layak untuk bersyukur atas karaya Tuhan.

Paskah membawa pembaruan hidup, Yesus yang bangkit membawa kesegaran baru. Hidup lama kita diterangi dengan sinar kebangkitan yang membawa sukacita. Bersyukur dan bersukacita itulah yang membawa kesegaran baru dalam hidup kita. Hidup baru tidak berarti serta merta meninggalkan hidup lama. Hidup baru berarti melihat hidup lama dengan cara pandang yang baru untuk melangkah pada hari yang akan datang.

Dalam perikopa hari ini, dikisahkan Yesus yang bangkit menjumpai Maria Magdalena. Perjumpaan dengan Sang Guru tidak serta merta disadari oleh Magdalena. Ia masih terbawa atau dalam kondisi manusia lama. Ia tidak mengenali Sang Guru yang sudah bangkit, sudah membawa hidup yang baru. Manusia lama Magdalena masih menutupi manusia barunya, ia belum mampu melihat hari baru.

Tetapi sapaan Yesus yang khas menyadarkan dirinya. Pada akhirnya perjumpaan dengan Yesus menjadikan Magdalena manusia baru, manusia yang mampu melihat harapan cerah keselamatan masa depan. Ia yang tadinya tidak mengenal Yesus yang bangkit pada akhirnya menjadi saksi pengalaman perjumpaan dengan Sang Guru. Magdalena menjadi ikon hidup yang dibarui karena Yesus yang bangkit. Manusia lama telah berlalu, sudah dikuburkan dan ditinggalkan. Manusia baru datang dengan penuh sukacita dan pengharapan.

Pengalaman perjumpaan dengan Yesus tidak disimpannya sendiri. Sukacita yang ia alamai tidak didekap seorang diri. Magdalena membagikan pengalaman sukacita itu. Ia memberikan kabar itu juga kepada murid yang lain, bahwa ia melihat Tuhan. Berbagi sukacita dilakukan Magdalena karena mengalami perjumpaan dengan Yesus yang bangkit.

Bagi kita, kisah ini tidak hanya sekedar kisah pangalaman Magdalena. Kisah ini merupakan juga kisah pengalaman hidup kita. Apakah perjumpaan kita dengan Tuhan Yesus membawa sukacita? Apakah sukacita itu sudah kita bagikan kepada orang-orang yang ada di sekitar kita?

Pengalaman sukacita merayakan paskah yang setiap tahun kita lakukan, diharapkan juga senantiasa memperteguh iman kita. Ini merupakan peristiwa karya keselamatan Allah yang luar biasa, Gereja senantiasa mengenangnya kembali, Gereja menghadirkan kembali karya agung keselamatan Allah ini.

Mungkin hidup kita biasa-biasa saja, tidak ada perubahan. Usaha tetap berjalan biasa, hutang-hutang tidak segera lunas, anak-anak tetap bermasalah, suami istri tidak kunjung usai bertengkar. Nah, inilah saatnya bagi kita untuk mempunyai sikap pembaruan diri. Dasar pembaruan itu adalah sukacita merayakan paskah, sukacita mensyukuri bahwa hidup kita diperhitungkan Allah. Allah tidak meninggalkan kita sendirian. Dalam susah dan derita, Tuhan senantiasa hadir dan mendampingi kita. Permasalahannya apakah kita senantiasa menyadarinya dan membiarkan Allah terlibat dalam persoalan hidup kita?

Ketika kita mengalami sukacita atau kesuksesan, kita juga perlu ingat Tuhan. Ia hadir dalam segala situasi. Pada saat demikian, memang kita tidak mengeluh. Maka yang bisa kita lakukan adalah berbagi sukacita, seperti yang dilakukan Magdalena, membagikan sukacita itu pada orang lain. Biasanya yang bisa kita lakukan adalah dengan bertutur kata atau bersikap yang bisa membawa berkat bagi orang lain. Namun bila kita mampu melakukan yang lebih besar dan nyata, kenapa tidak?

Doa

Ya Tuhan, kami bersyukur atas rahmat keselamatan yang Engkau anugerahkan kepada kami. Semoga kami mampu menerima rahmat itu dengan hati penuh sukacita. Ajarilah kami untuk juga mampu berbagi sukacita kepada orang-orang yang ada di sekitar kami. Tuhan, murnikan dan kuduskan sukacita dan kegembiraan kami. Amin.