Seorang ayah yang anaknya sangat menderita karena kerasukan setan datang kepada Yesus. Ia memohon agar Yesus menyembuhkan anaknya itu. Namun, ada satu elemen yang hanya muncul dalam kisah ini, yakni keraguan. Orang itu berkata kepada Yesus “Jika Engkau dapat berbuat sesuatu, tolonglah kami dan kasihanilah kami.” Keraguan tersebut ditegur oleh Yesus dengan memberikan penegasan, ‘Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!”
Menariknya, setelah mendengar teguran itu, sang ayah digambarkan bertindak dramatis dan emosional. Ia langsung berteriak: “Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!” Beratnya masalah, penyakit, penderitaan, dan sejenisnya memang bisa merapuhkan iman dan rasa percaya manusia kepada Allah, apalgi dikatakan dalam kisah ini bahwa penderitaan si anak sudah berlangsung lama. Keadaannya semakin memburuk. Lebih lagi, sebelumnya para murid sudah berusaha menyembuhkan anaknya itu, tetapi mereka gagal. Kegagalan ini menambah keraguan si ayah terhadap Yesus.
Yesus dalam kesempatan ini mengajak para murid maupun ayah dari anak itu untuk menanamkan rasa percaya penuh akan kasih Allah. “Percaya” merupakan kata kunci untuk masuk ke dalam relasi pribadi dengan Yesus. Dari relasi itulah akan lahir kesembuhan, pemulihan, sukacita, damai, dan keselamatan.
Ditulis oleh Josep Ferry Susanto,Pr