Perasaan manusia itu ibarat sungai yang mengalir. Dan Ada sebuah ungkapan yang menarik “air beriak tanda Tak dalam”.
Hari ini orang-orang Farisi mengamat-amati Yesus,kalau-kalau Yesus berbuat sesuatu yang dapat melanggar aturan tertulis.Rupanya orang-orang Farisi ini sering mendengar tentang berbagai kebaikkan yang dilakukan oleh Yesus. Banyak orang simpati Dan datang kepada Yesus. Yesus senantiasa memberikan waktu bagi mereka dengan penuh Cinta Dan Kasih. Perjumpaan dengan Yesus mengantar banyak orang merasakan kehadiran Tuhan Dan mukjisad dalam hidup sehari-hari. Bagi orang2 Farisi, ini merupakan sebuah petaka,kalau-kalau banyak orang lebih memilih datang pada Yesus,maka berkuranglah pamor atau harga diri mereka sebagai ahli kitab Dan penjaga tradisi Yahudi. Mereka mulai mengamat-amati segala sesuatu yang dilakukan Yesus demi mencari kesalahan Dan menjatuhkaNya.
Bagi orang Yahudi,Hari sabat adalah Hari Tuhan,Tak boleh bekerja. Pada zaman itu,umumnya rakyat Kecil adalah petani,mereka hanya bisa punya banyak waktu luang pada hari sabat. Saat mendengar bahwa Yesus mau menerima Dan mendoakan mereka kapan saja mereka datang, maka setiap hari sabat banyak orang mengantarkan keluarga mereka yang sakit untuk didoakan,diberkati Dan mendapat rahmat kesembuhan dari Tuhan.
Kaum Farisi tidak lagi menahan Amarah mereka, maka meluaplah Amarah Mereka itu bagai sungai yang bergemuruh suara alirannya. Dari jauh kedengarannya sungguh menakutkan,tapi ternyata Tak dalam Dan Tak keras arusnya.
Saya kembali melihat diriku digadapan Tuhan,seperti apakah gemuruh sungai berkat Tuhan lewat diriku?
Saya sadar bahwa khotbah ku yang berapi-api di mimbar rumah ibadah,rasanya dangkal nilai rohaninya bila tidak diimbangi dengan cara hidup yang membawakan kedamaiaan Dan kesejukan bagi sesama.